Rabu, 18 Juni 2014

Apa yang Salah dengan Simulasi ?



Assalamu’alaikum Wr. Wb. 

Makin hari makin malas ngeblog nih, waduh

Oke oke sekarang saya akan membahas tentang apa yahh oh apa apa. Tentang simulasi aja kali yah, mumpung lagi libur. Saya mau mengingat-ingat kebali pengalaman simulasi yang pernah saya lalui sepanjang semester 4 ini. Iya, semester 4 adalah awal dari simulasi-simulasi yang akan kami lalui sebagai mahasiswa PGSD sampai semester 6 insyaAllah.

Sebagai mahasiswa keguruan yang nantinya kan terjun ke sekolah-sekolah SD tentunya mau tidak mau harus melalui proses simulasi. Eh tunggu belum tentu juga sih mahasiswa keguruan harus jadi guru buktinya banyak yang jadi pegawai bank dan pekerjaan lainnya, masih untung kalo gak nganggur.

Di semester 4 ini saya baru bersimulasi dan saya juga baru tahu kalau kuliah di jurusan PGSD ada mata kuliah yang harus disimulasikan, kirain kalo kuliah di PGSD itu yah kuliah saja sampai jadi sarjana terus ngajar di SD udah. *sungguh pemikiran yang amat sangat pendek*. Karena baru pertama kali simulasi tentu banyak kekurangan dan saya sangat heran sama dosen yang menuntut untuk bersimulasi dengan sempurna sementara kita masih pemula. Ada sih beberapa dosen yang mengerti dan dapat membedakan mana yang sudah bisa dan mana yang baru belajar.

Simulasi mengajar memang perlu dan sangat dibutuhkan untuk semua mahasiswa calon guru. Tapi, menurut saya ada beberapa kejanggalan dengan simulasi ini, cekidottt

1.      Mahasiswa sebagai siswa dan mahasiswa juga sebagai simulator
Kenapa saya merasa ini sangat janggal? Gak janggal-janggak amat sih namanya juga simulasi. Coba saja kalian bayangkan. Salah seorang simulator yang adalah mahasiswa dan mahasiswa lagi yang berpura-pura sebagai siswa. Kenapa kita tidak memanggil beberapa siswa SD yang lagi bermain di suatu tempat atau yaah siapalah yang penting jangan yang setara dengan sang simulator, karena sesuai dengan pengalaman yang ada siswa bohonga ini seolah acuh tak acuh dengan simulator. Saya punya solusi sih, gini loh dosen-dosen harus menguasai ilmu hipnotis. Jadi, mahasiswa sebagai siswa bohongan dihipnotis untuk memasuki alam bawah sadar dan mengarahkan dia untuk menjadi anak SD. Gimana? 
Pasti keren deh.

2.      Dosen gak ngasih contoh
Wah ini yang paling parah. Masa mahasiswa melakukan simulasi tanpa ada contoh. Dosen jangan hanya berteori tanpa memberikan contoh dong. Ya kalii. Masa’ iya kita mau nyontek cara dosen kalau lagi ngajar, yang akan kami hadapi kelak bukan mahasiswa tapi siswa SD. Memang kita juga pernah jadi siswa SD. Tapi haruskah kita bernostalgia mengenang masa-masa SD pas lagi belajar, cara bu guru SD kami ngajar. Dan cara gur SD kami mengajar dulu namanya juga dulu sudah pasti jadul. Solusinya yah si dosen ngasih contoh mahasiswa mencatat poin-poin penting yang mereka anggap penting *nah loh.

Itulah dua kejanggalan dari simulasi dan solusi jitunya menurut CING. Semoga bermanfaat dan solusinya bisa diterapkan khususnya di kampus saya tercintahh.
Wassalam J

1 komentar:

Unknown mengatakan...

komen dong

Posting Komentar

 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog. Copyrights 2011.