A.
Pengertian
CBSA
Cara
belajar siswa aktif (CBSA) merupakan istilah yang muncul dari istilah student
active learning dalam bahasa inggris. Untuk memahami pengertian CBSA,Mohammad
ali (1984) menyarankan dua Sudut pandang
,yaitu CBSA sebagai suatu konsep dan CBSA sebagai pendekatan dalam belajar
mengajar.
Sebagai
suatu konsep ,CBSA merupakan konsep
dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar,baik keaktifan mengenai
kegiatan guru maupun keaktifan mengenai kegiatan peserta didik. Untuk
meningkatkan proses pengajaran ini,sudah tentu guru membuat perencanaan dengan
sebaik-baiknya dan melaksanakan pengajaran tersebut berdasarkan rencana yang
telah dibuat itu.dengan cara demikian hasil belajar peserta didik diharapkan menjadi lebih baik
dibandingkan dengan pengajaran yang berpusat pada peserta didik.CBSA merupakan
usaha mempertemukan dua kutub ekstrim
dalam pengajaran ,yaitu guru aktif peserta didik pasif-peserta didik aktif
,sehingga terjadi keseimbangan keaktifan tersebut baik di pihak guru maupun di
pihak peserta didik.
Sebagai
suatu pendekatan dalam pengajaran ,CBSA merupakan suatu upaya yang dilakukan
guru yang mulai dengan perencanaan pengajaran ,pelaksanaan proses belar
mengajar ,dan diakhiri dengan penilian hasil belajar berdasarkan konsep tertentu.CBSA mencakup pengembangan strategi ,metode dan
teknik mengajar.pengembangan strategi
merupakan siasat untuk melakukan kegiatan-Kegiatan dalam pengajaran yang mencakup metode dan teknik.
Pengembangan
metode menunjukkan bahwa mengajar itu sendiri memerlukan berbagai cara,seperti
cara ceramah ,tanya jawab atau diskusi,dan sebagainya. Sedangkan pengembngan teknik menunJukkan bahwa pengajar sebagai pendekatan CBSA
menuntut kejelasan cara-cara yang lebih khusus lagi,seperti teknik bertanya
,teknik member penguatan,dan sebagainya.
Lebih
lanjut , Dimyati dan Mudjiono menyatakan
bahwa pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran
yang mengaarah padsa pengoptimalisasikan pelibatan intelektua-l emosional
siswa. Dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan
intelektual-emosional /fisik siswa secara optimaldalam pembelajaran diarahkan
untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
Raka joni sebagaiman dijelaskan Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan bahwa
sekolah yang memiliki CBSA dengan baik menunjukan cirri-ciri Sbb:
1.
Pembelajaran yang dilaksanakan berpusat
pada kepentingan peserta didik. Pesrta didik dipandang sebagai komponen terpenting
dalam system dan proses pengajaran . karena itu perananya menjadi lebih kuat
dalam mengembangkan dan menentukan cara-cara belajarnya. Mereka mempunyai
peluang untuk berperang aktif dalam
menetapkan rencana pelajaran, proses kegiatan belahjar dan penilaian yang
dilakukan. Pengalaman belajar mereka benar-benar menjadi titik tolak kegiatan belajar
mengajar. Peserta didik sangat
dimungkinkan mnenjadi lebih mandiri dalam menempuh kegiatan belajarnya.
2.
Guru berperang sebagai pembimbin bagi
terjadinya pengalaman belajar peserta didik. Guru sebagai pembimbing
memperlihatkan cara-cara mengajar yang tidak pernah “ mendikte “ si anak.
Sebaliknya anak-anak itu memperoleh peluang, kemudahan dan dorongan untuk
berbuat banyak dalam belajar. Mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman belajarnya yangf berharga melalui usahanya sendiri. Guru senantiasa
suka “mensiasati” peserta didiknya agar mereka selalu memiliki motivasi dan
rasa harga diri dalam belajar, dan agar mereka selalu berusaha untuk berkarya
secara nyata.
3.
Tujuan kegiatan belajar berorientasi
pada perkembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang.
Tujuan belajar bukanlah
mewujudkan salah satu aspek saja. Mereka belajar bukan sekedar mencapai standar
akademik saja, melainkanmenyangkut seluruh aspek kehidupan baik secarah utuh
dan seimbang. Ini berarti menyangkut segi-segi wawasan
pengetahuannya,kleterampilan yang dimilikinya, sikap yang dibentuknya,
kepercayaan akan nilai-niali yang diyakininya, struktur emosi yang dipunyainya,
rasa keindahan atau estetikanya yang dikembangkannya , dll. Semua aspek
kepribadiannya dikemnbangkan secara menyeluruh dan tepadu melalui
kegiatan-kegiatan belajar yang diciptakan guru.
4.
Penyelengaraan kegiatan belajar lebih
beriorentasi pada kreativitas peserta didik. Kegiatan belajar yang diciptakan
guru sangatlah dituntut untuk menghadapi
berbagai permasalahan dan mengarahkan mereka untuk mampu mencari pemecahannya.
Ini berarti pula bahwa peserta ini dituntuy untuk terbiasa bekerja keras
dengan penuh kesungguhan sehinggah
menghasilakn karya-karya nyata yang bermannfaat.
5.
Penilain diarahkan pada kegiatan dan
kemajuan peserta didik
Proses penilaian yang
dilakukan, benar-benar memantau setiap kegiatan belajar yang dilakukan pesrta
didik dan mengukur setiapbentuk kemajuan yang diraih. Berbagai
keterampilan, seperti
keterampilan berbahasa, keterampilan social, keterampilan matematika,
keterampilan berfikir dan bertinfdak, keter4ampilan dalam proses belajar itu
sendiri, senantiasa mendapat pertimbangan penilaian.
B. Rasional CBSA
Tidak bisa kita pungkiri bahwa masih
banyak diantara guru-guru sekolah dasar menyelenggarakan pengajarannya secara
tidak menarik dan karenanya kurang dapat mencapai sasaran-sasaran yang
diharapkan. Penggunaan metode ceramah masih mendominasikan kegiatan sehari-hari. Peserta didik
kegiatannya berulang ulang di sekitar mendengar, memprihatikan penjelasan dan
mencatat hal-hal yang di perhatikan guru. Kegiatan belajar telah menjadi
sesuatu yang rutin, menonton dan membosankan; bukan lagi sebagai kegiatan yang
menarik, menantang, dan menuntut partisipasi aktif dari peserta didik.
Dalam kehidupan yang penuh perubahan
untuk berbagai sector, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian
pesat, zaman yang makin mengglobal, dan persaingan hidup yang makin ketat,
membawa implikasi kedalam kepentingan reorentasi proses pengajaran. Proses
pengajaran seperti di gambarkan dalam
alinea pertamabagian ini, jelas tidak mungkin dapatmempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing dalam kehidupan dan menyesuaikan
diri terhadap berbgai tantangamn yang makin berat. Pengajaranharus
diorierantasikan pada kemampuan sikapdan berfikir kritis; dibangun di atau
konsep-konsep dari sistyem filsofis yang kuat dilakukan proses pengajaran yang
memberikan berbagai peluang dan pengalaman belajar yang penuh arti dan dilakukan penilaian yang
benar-benar akurat dan jujur objektif
dan penuh antisipasi dalam menjawab tantangan hidup masa depan.
C.
Hubungan
Pendekatan Keterampilan Proses Dengan CBSA
Proses pengajaran merupakan peristiwa yang
menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat aktif dalam
kegiatan belajar.Proses belajar itu sendiri menyangkut perubahan aspek-aspek
tingkah laku,pengetahuan,sikap dan keterampilan.Funk,dkk(1985) sebagai
dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (1994),menyimpulkan bahwa :
1. Pendekatan
keterampilan proses memberikan kepada peserdik pengertian yang tepat tentang
hakekat ilmu pengetahuan.mereka lebih langsung mengalami rangsangan ilmu
pengetahuan dalam kegiatan belajarnya dan lebih mengerti fakta dan konsep ilmu
pengetahuan
2. Proses
pengajaran yang berlangsung member kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja dengan ilmu pengetahuan,tidak sekedar mendengar ceritera atau penjelasa
guru mengenai suatu ilmu pengetahuan.justru disisi lain mereka bisa merasa
berbahagia dengan peran aktif nya sebagai ilmuan
3. Pendekatan
keterampilan proses mengantarkan peserta didik untuk belajar ilmu
pengetahuan,baik sebagai proses ataupun sebagai produk limu pengetahuan
sekaligus
D.
Jenis-Jenis
Keterampilan Proses
Terdapat 2 jenis keterampilan proses
yang dikemukakan Moedjiono dan Moh. Dimyati yaitu keterampilanketerampilan
dasar dan keterampilan terintegtrasi.Keterampila-keterampilan itu meliputi
mengobservasi, mengklasifikasi,memprediksi, mengukur,menyimpulkan dan
mengkomunikasikan.Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi mencakup
mengidentifikasi variable, membuat tabulasi data, menyajikan data dan bentuk
grafik, menggambarkan keterhubungan antar variable ,mengumpulkan dan mengolah
data,menganalisis penelitian, menyusun hipotesis , mendefinikian variable
secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan experiment.
1. Mengamati
Mengamati merupakan
keterampilan yang paling dasar yang harus dikembangkan.Kegiata mengamati dunia
sekitar mengenai berbagai objek dan fenomena alam, dilakukan melalui panca
indra yaitu melalui penglihatan (misalnya: menentukan warna),pendengaran
(mendengarkan suara burung beo),perabaan(merasakan kasar halusnya suatu benda
atau objek),Penciuman (membedakan bau kencur dan jahe),dan Pengecap/Rasa
(membedakan rasa manis gula merah dan putih)
2. Mengklasifikasikan
Keterampilan ini
merupakan keterampilan memilih atau menggolongkan berbagai objek,peristiwa dan
segala sesuatu hal yang terjadi disekitar peserta didik, misalnya binatang dan
tumbuhan adalah berbeda,tetapi juga bisa sama-sama merupakan makhluk hidup.
3. Mengkomunikasikan
Keterampilan
mengkomunikasikan merupakan kemampuan
dasar yang sangat penting untuk dimiliki peserta didik karena fungsinya yang
vital bagi segala urusan yang kita lakukan dalam kehidupan ini.Peserta didik
harus dilatih untuk dapat berkomunikasi secara efektif.
4. Mengukur
Berapa jumlahnya?berapa
kurangnya?berapa hasilnya?semua pertanyaan ini hendaklah dapat mudah untuk
dijawab.karena itu kemampuan mengukur sangatlah penting untuk dilatihkan kepada
peserta didik melalui kegiatan belajar yang ditempuhnya
5. Memprediksi
Keterampilan ini
merupakan kemampuan untuk melakukan antisipasi atau membuat suatu ramalan
tentang berbagai hal yang terjadi dimasa yang akan datang. Kejadian kehidupan
yang senantiasa berubah dan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menunjukkan bahwa keterampilan proses memprediksi terasa demikian penting bagi
peserta didik.
6.
Menyimpulkan
Keterampilan ini merupakan kemampuan untuk
mennyatakan hasil pertimbangan atau penilaian atas kondisi suatu objek atau segala peristiwa yang terjadi.
Pertimbangan atau penilaian ini dilakukan atas dasar fakta,konsep,dan
prinsip-prinsip pengetahuan yang diketahui. Keterampilan ini berkaitan erat
dengan keterampilan mengamati, mengumpulkan informasi, menganalisis atau
mengolahnya, dan selanjutnya keterampilan menyimpulkannya.
7.
Merancang penelitian
Sejumlah ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kemajuannya berkembang pesat, sebenarnya bermula
dari kegiatan-kegiatan penilitianyang di rancang sebelumnya.Perancangan suatu
penilitian yang dilakukan dengan cermat dan penuh kesungguhan akan menghasilkan
sesuatu yang berguna dan bermakna bagi kehidupan ini. Hasil-hasil penelitian
ini tidak mustahil akan berkaitan dengan persoalan rekonstruksi ilmu
pengetahuan yang telah ada, sekaligus menjadi dasar bagi kehidupan umat
manusia. Kemampuan merancang suatu penelitian hendaknya diperkenalkan dan di
latihkan kepada peserta didik sedini mungkin sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
8.
Bereksprimen
Sering suatu bentuk
eksperimen dilakukan seseorang tanpa ia menyadarinya. Misalnya, seorang anak
bermain dengan alat mainannya. Ia membongkar dan memasangnya kembali alat
mainaanya itu. Kegistan seperti Ini sebaiknya lebih diarahkan guru menjadi
suatu bentuk eksprimen yang di hubungkan dengan masalah pengujian hipotesis. Bereksprimen bagi peserta didik
berarti mereka terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah
dan kegiatan-kegiatan pemecahan masalah.
Perlu pula di jelaskan bahwa
implementasi keterampilan-keterampilan diatas dalam suatu proses pengajaran
dapat dikembangkan secara terpadu, yakni antara suatu keterampilan dengan
keteranmpilan lainnya sekaligus terejawantahkan. Namun demikian, seorang guru
dapat pula memberikan perhatian secara khusus terhadap suatu jenis keterampilan yang dikembangkan, meskipun pada
kenyataannya tidak akan pernah lepas dari keterkaitannya dengan pengembangan
keterampilan lainnya. Selain itu, dapat saja untuk jenis keterampilan-keterampilan
tertentu dipandang belum memadai untuk di implementasikan pada peserta didik
yang duduk di kelas rendah ( kelas I sampai III ), Seperti keterampilan
merabncang penelitian dan keterampilan bereksprimen yang keduanya termasuk kedalam kelompok keterampilan terintegrasi.
Dengan kata lain untuk jenis keterampilan lainnya, keterampilan mengamati,
mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi dan menyimpulkan,
dapat di kembangkan mulai dari kelas I hinggah kelas VI. Meskipun demikian,
untuk kedua jenis keterampilan merancang penelitian dan bereksprimen, tida
menutup kemungkinan untuk di perkenalkan pada kelas-kelaas rendah sehinggah
bentuk implementasinya menjadi lebih sederhana sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
E.
Prinsip-prinsip
CBSA
Sebagaimana diungkapkan Moedjiono
dan moh. Dimyati dalam “ Strategi belajar mengajar” , prinsip-prinsip CBSA ini
tampaknya dapat dikelompokkan menjadi: Pertama, prinsip-prinsip CBSA secara
umum yang diturunkan dari prinsip-prinsip belajar. Kedua, adalah
prinsip-prinsip CBSA yang secara khusus dilihat dari beberapa dimensi, yaitu
program pembelajaran dan pada dimensi situasi belajar mengajar.
1.
Prinsip-prinsip
CBSA Secara Umum
Secara
umum prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam CBSA ini, adalah:
a. Hal
apapun yang dipelajari oleh murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri tidak
ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
b. Setiap
murid belajar menurut tempo (kecepatannya sendiri, dan untuk setipa kelompok
umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar).
c. Seorang
murid belajar lebih banyak bilamana setipa langkah segera diberi penguatan.
d. Penguasaan
secara penuh dari setiap langakah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti.
e. Apabila
murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasikan untuk belajar ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik.
2.
Prinsip-prinsip
CBSA pada dimensi peserta didik
Menyangkut
dimensi peserta didik, berbagai hal yang mesti diperhatikan adalah :
a. Keberanian
peserta didik untuk menunjukkan minat, keinginan dan dorongan yang ada pada
dirinya.
Yang penting mendapat
perhatian di sini adalah bahwa peserta didik menyadari betul belaajar sebagai
tugasnya. Ia terlibat aktif dengan menunjukkan minatnya, berusaha meraih
keinginannya dan melakukan kegiatan belajar untuk mewujudkan dorongan atau
motifnya.
b. Keinginan
dan keberanian untuk ikut serta dalam kegiatan belajar.
Prinsip ini menuntut
peserta didik untuk terdorong keinginan dan keberaniannya berpartisipasi aktif
dalam kegiatan belajar. Dengan kata lain, keinginan dan keberanian untuk
terlibat aktif harus dibangkitkan. Kehendak mereka tidak boleh terpendam,
keinginan tidak perlu tertunda dan keberanian mereka tidak boleh menjadi kendor
sebelum teraktualisasikan dalam pengalaman belajar mereka sendiri.
c. Usaha
dan kreativita peserta didik.
Kerja keras peserta
didik dalam berusaha mencari pemecahan masakah yang dihadapi dalam belajar
patut menjadi perhatian yang penting. Mereka tidak diharapkan menghindari
tantangan dan masalah-masalah yang dihadapi; kreativitas mereka justru harus
mencul dan berkembang dengan optimal.
d. Keingintahuan
yang kuat.
Sifat keingintahuan
yang kuat, yang secara alamiah telah ada dalam diri anak sejak kecil, tidak
boleh terlambat. Peristiwa pengajaran hendaknya memelihara kondisi belajar
peserta didik untuk selalu bertanya dan berusaha mencari jawabannya secara
memuaskan. Mereka menjadi lebih aktif dalam belajar karena berbagai hal yang
merancang untuk ditanyakannya dan dicari respon-responnya secara tepat.
e. Rasa
lapang dan bebas.
Kegiatan belajar
sepatutnya menyenangkan, menimbulkan rasa lapang dan perasaan bebas. Kegiatan
itu bukanlah sesuatu yang menimbulakan beban, perasaan stress, situasi yang
mencakam dan menakutkan. Mereka tidak boleh terbelenggu untuk mengemukakan
ide-ide atau gagasan-gagasannya dalam kegiatan belajar. Mereka harus terbiasa
dalam keadaan merdeka, memiliki kebebasan yang bertanggung jawab.
3.
Prinsip-prinsip
CBSA pada dimensi guru
Dilihat
dari dimensi guru, sejumlah prinsip yang harus dipatuhi adalah:
a. Usaha
guru menbina dan mendorong peserta didik.
Prinsip ini menuntut
guru untuk senantiasa bertindak sebagai motivator dalam mempertahankan
keterlibayan aktif peserta didik selama berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar.
b. Guru
sebagai innovator dan fasilitator.
Guru adalah seseorang
yang selalu tanggap terhadap setiap perubahan dan pembaruan atau inovasi. Ia
harus responsive terhadap ide-ide atau gagasan-gagasan baru dan berusaha untuk
menerapkan dan menyebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Ia juga
dituntut untuk selalu berusaha memberikan bentuan, peluang dan
kemudahan-kemudahan bagi terjadinya proses belajar peserta didik.
c. Sikap
tidak mendominasi.
Hal yang harus disadari
guru adalah peran peserta didik dalm kegiatan belajar mengajar menduduki
posisinya yang primer. Sedangkan guru sendiri menduduki posisnya yang sekunder.
Peserta didiklah yang lebih penting dari pada guru. Karena itu guru tidak boleh
mendikte atau mendominasi peserta didik. Peserta didik adalah seseorang yang
aktif belajar. Mereka pada dasarnya mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
dengan cara-cara yang dilakukannya sendiri pula.
d. Memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk belajar menurut irama, cara, dan
kemampuannya.
Setiap peserta didik
hendaklah disadari sebagai seorang individu yang memiliki karakteristik
masing-masing. Mereka itu memiliki keunikan, berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya dalam hal kekuatan motivasi belajarnya, kebutuhan belajarnya,
kemampuannya, dan kecepatan belajarnya. Guru dituntut untuk berusaha melayani
kepentingan peserta didik yang berbeda-beda itu. Pengajaran yang guru ciptakan
hendaklah semakin membuka adanya kemungkinan pelayanan yang bersifat
individual.
4.
Prinsip-prinsip
CBSA pada dimensi program pengajaran.
Dari
dimensi program pengajaran, prinsip-prinsip CBSA yang harus diperhatikan dalah:
a. Tujuan
dan isi pelajaran memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik.
Menurut prinsip ini, tujuan dan isi program pengajaran hendaknya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan peserta didik.
b. Kemungkinan
terjadinya pengembangan konsep dan aktivitas peserta didik.
Program pengajaran yang disusun dan
dilaksanakan guru, hendaklah program yang menyediakan berbagai pengalaman
belajar yang memungkinkan peserta didik mengembangkan konsep-konsep dan aktivitas
belajarnya.
c. Pengguanaan
dan pemilihan berbagai metode dan media.
Suatu strategi dan
metode mengajar yang bisa dipilah serta media yang bisa digunakan hendaknya
dapat ditelusuri dari program pengajaran yang akan dilaksanakan. Artinya bahwa
program pengajaran itu mencerminkan tuntutan pemilihan suatu strategi dan
metode belajar mengajar tertentu serta
tuntutan penggunaan media tertentu pula. Penggunaan variasi strategi dan metode
serta penggunaan multimedia sangat memungkinkan dapat melibataktifkan peserta
didik dalam belajar tang penuh makna.
d. Penentuan
metode dan media yang fleksibel.
Program pengajaran
hendaklah menyediakan pula adanya alternative atau metode dan media secara
fleksibe. Pilihan ini dilakukan bukanlah mengurangi keberartian proses belajar
mengajar yang dilakukan, melainkan merupakan penetapan atas tindakan-tindakan
atau pilihan-pilihan yang nilanya setara.
5.
Prinsip-prinsip
CBSA pada dimensi situasi belajar mengajar
Prinsip-prinsip
CBSA yang penting dipatuhi pada dimensi situasi belajar mengajat adalah:
a. Komunikasi
guru –peserta didik yang intim dan hangat.
Prinsip ini menunjukkan
bahwa kedudukan guru dan peserta didik dalam peristiwa komunikasi
(belajar-mengajar) menempati posisi yang sederajat. Hal demikian dimaksudkan
agar hubungan diantara keduanya berada dalam situasi keterbukaan, kebersamaan,
kekeluargaan, intim dan hangat. Dalam dituasi yang diciptakan semacam ini
tidaklah kewibawaan guru akan berkurang melainkan hal itu dapat memperlancar
jalannya proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan usaha
pencapaian prestasi belajar peserta didik yang tinggi.
b. Terjadinya
kegairahan dan kegembiraan dalam belajar.
Peserta didik, lebih-lebih
anak-anak usia sekolah dasar masih sangat menuntut terciptanya situasi
kegairahan dan kegembiraan dalam mengajar. Guru-guru iru hendaknya
mempertimbangkan betul karakteristik peserta didik dan melakukan penyesuaian
atau sitiasi belajar mengajar yang dikondisikan
F.
Asas-asas
Mengajar
Proses mengajar itu merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang bertujuan, yakni bertujuan dalam suasana yang
menyenangkan peserta didik dan mewujudkan pencapaian hasil belajar yang tinggi.
Keberhasilan proses pengajaran sepenti ini tentu saja menuntut perhatian guru
untuk mempertimbangkan dan meyakinkan bahwa sejumlah komponen yang terlibat
dalam system pengajaran tersebut benar-benar kondusif terhadap pencapaian
tujuan pengajaran itu sendiri. Empelajari proses pangajaran dan berbagai factor
yang mempengaruhi keberhasilannya, Moh. Ali menyarankan guru-guru untuk berpegangan
pada asas-asas mengajar berikut ini:
1.
Mengajar
sepatutnya mempertimbangkan pengalaman belajar(peserta didik)sebelumnya
Dalam hal ini seorang
peserta didik akan memperoleh kemudaha atau pengalaman belajar yang lebih baik,
manakala pengalaman sebelumnya mempunyai hubungan fungsional atas pengalaman
baru yang dilaluinya.Johan Friedrich Herbart (1776-1841)sebagaiman diungkapkan
Mohammad Ali (1990) menyatakan bahwa untuk memulai suatu proses pengajaran
terlebih dahulu guru harus mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya.
2.
Proses
pengajaran dimulai bila peserta didik dalam keadaan siap untuk melakukan
kegiatan belajar
Kondisi fisik,
kemampuan dasar dan kesediaan atau dorongan untuk belajar amatlah menetukan
afektifitas kegiatan belajar.Kecerdasan dan kemampuan dan minat dan dorongan
belajar peserta didik yang berbeda-beda sesungguhnya dapat memperlihatkan
tingkat kesiapan belajar yang berbeda-beda pula.
3.
Bahan
pelajaran seharusnya menarik minta peserta didik untuk mempelajarinya
Bahan pelajaran
hendaknya menarik perehatian peserta didik,agar peserta didik tersebut mau dan
senang mempelajarinya.Bahan pelajaran yang bersifat praktis,menyangkut
lingkungan kehidupan dan pengalaman si anak atau peserta didik ,biasanya
menarik perhatian mereka.Guru di tuntut pula dapat mempelajari bahan-bahan yang
dianggap sulit menjadi lebih sederhana dan konkrit atau mudah dipahami peserta
didik.
4.
Dalam
melaksanakan pengajaran, Guru seharusnya berusaha agar peserta didik terdorong
untuk melakukan kegiatan belajar
Motivasi meupakan
factor penting yang menentukan keberhasilan belajar. Karena itu, guru harus
pandai mensiasati peserta didiknya agar terdorong untuk melakukan kegiatan
belajar. Motivasi itu sendiri brsifat fluaktif, kadang-kadang turun atau naik,
dan guru tentunya dituntut untuk mampu memelihara motivasi itu dalam keadaan
kuat. Orientasi pada prestasi belajar yanag tinggi dan penciptaan suasana
belajar yang membangkitkan semangat dan gairah belajar, amatlah penting menjadi
acuan proses belajar mengajar yang diciptakan guru sehari-hari.
5.
Proses
pengajaran sepatutnya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual yang
dimiliki oleh masing-masing peserta didik
Penting diyakini
kembali pada Anda, bahwa peserta didik adalah seseorang yang unik, memiliki perbedaan-perbedaan
yang khas. Mereka berbeda dalam kondisi dan ketahanan fisiknya, harapan dan
kebutuhan-kebutuhan belajarnya, minat, dan kemampuannya, struktur emosinya, dan
aspek-aspek kepribadiannya. Karena perbedaan-perbedaannya ini mereka, sesungguhnya
tidak bisa “dipersamakan”.Mereka itu menuntut perlakuan yang berbeda-beda,yakni
perlakuan yang bersifat individual.Dalam hal ini,guru sekolah dasar harus mampu
melakukan disversivikasi atas berbagai strategi yang dilakukannnya.
6.
Pengajaran
sepatutnya mengantarkan peserta didik untuk melakukan proses belajar secara
aktif
Sebenarnya tingkat
keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar banyak ditentukan oleh anggapan
si guru tentang siapa peserta didik yang
melakukan kegiatan belajar itu.Anggapan ini akan melahirkan usaha guru
menciptakan lingkungan belajar dan strategi mengajar yang membangkitkan
keterlibatan peserta didik.
7.
Pelaksanaan
pengajaran sepatutnya berpegang pada prinsip-prinsip pencapaian hasil belajar
secara psikologis
Kegiatan belajar yang dialami peserta didik merupakan kegiatan
yang kompleks.Hal itu akan memperlihatkan bahwa peserta didik melakukan
berbagai proses, misalnya mengamati, mengklasifikasi, mengukur, memperkirakan,
membandingkan, menguraikan, dan menyimpulkan.
3 komentar:
Memang belajat dengan metode cbsa memberikan hasil yang lebih baik,.ini karena guru selalu memberikan rangsangan motorik terhadap otak anak didiknya.
Posting Komentar