Kamis, 12 Desember 2013

CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)



A.      Pengertian CBSA

            Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan istilah yang muncul dari istilah student active learning dalam bahasa inggris. Untuk memahami pengertian CBSA,Mohammad ali (1984) menyarankan dua  Sudut pandang ,yaitu CBSA sebagai suatu konsep dan CBSA sebagai pendekatan dalam belajar mengajar.
Sebagai suatu konsep ,CBSA merupakan  konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar,baik keaktifan mengenai kegiatan guru maupun keaktifan mengenai kegiatan peserta didik. Untuk meningkatkan proses pengajaran ini,sudah tentu guru membuat perencanaan dengan sebaik-baiknya dan melaksanakan pengajaran tersebut berdasarkan rencana yang telah dibuat itu.dengan cara demikian hasil belajar peserta  didik diharapkan menjadi lebih baik dibandingkan dengan pengajaran yang berpusat pada peserta didik.CBSA merupakan usaha mempertemukan  dua kutub ekstrim dalam pengajaran ,yaitu  guru aktif  peserta didik pasif-peserta didik aktif ,sehingga terjadi keseimbangan keaktifan tersebut baik di pihak guru maupun di pihak peserta  didik.

Sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran ,CBSA merupakan suatu upaya yang dilakukan guru yang mulai dengan perencanaan pengajaran ,pelaksanaan proses belar mengajar ,dan diakhiri dengan penilian hasil belajar  berdasarkan konsep tertentu.CBSA  mencakup pengembangan strategi ,metode dan teknik mengajar.pengembangan strategi  merupakan siasat untuk melakukan kegiatan-Kegiatan  dalam pengajaran yang mencakup  metode dan teknik.
Pengembangan metode menunjukkan bahwa mengajar itu sendiri memerlukan berbagai cara,seperti cara ceramah ,tanya jawab atau diskusi,dan sebagainya. Sedangkan  pengembngan teknik menunJukkan  bahwa pengajar sebagai pendekatan CBSA menuntut kejelasan cara-cara yang lebih khusus lagi,seperti teknik bertanya ,teknik member penguatan,dan sebagainya.
Lebih lanjut , Dimyati dan Mudjiono menyatakan  bahwa  pendekatan CBSA  dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengaarah padsa pengoptimalisasikan pelibatan intelektua-l emosional siswa. Dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik  siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional /fisik siswa secara optimaldalam pembelajaran diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses  perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
            Raka joni sebagaiman dijelaskan  Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan bahwa sekolah yang memiliki CBSA dengan baik menunjukan cirri-ciri Sbb:
1.         Pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada kepentingan peserta didik. Pesrta didik dipandang sebagai komponen terpenting dalam system dan proses pengajaran . karena itu perananya menjadi lebih kuat dalam mengembangkan dan menentukan cara-cara belajarnya. Mereka mempunyai peluang  untuk berperang aktif dalam menetapkan rencana pelajaran, proses kegiatan belahjar dan penilaian yang dilakukan. Pengalaman belajar mereka benar-benar  menjadi titik tolak kegiatan belajar mengajar.  Peserta didik sangat dimungkinkan mnenjadi lebih mandiri dalam menempuh kegiatan belajarnya.
2.         Guru berperang sebagai pembimbin bagi terjadinya pengalaman belajar peserta didik. Guru sebagai pembimbing memperlihatkan cara-cara mengajar yang tidak pernah “ mendikte “ si anak. Sebaliknya anak-anak itu memperoleh peluang, kemudahan dan dorongan untuk berbuat banyak dalam belajar. Mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajarnya yangf berharga melalui usahanya sendiri. Guru senantiasa suka “mensiasati” peserta didiknya agar mereka selalu memiliki motivasi dan rasa harga diri dalam belajar, dan agar mereka selalu berusaha untuk berkarya secara nyata.
3.         Tujuan kegiatan belajar berorientasi pada perkembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang.
Tujuan belajar bukanlah mewujudkan salah satu aspek saja. Mereka belajar bukan sekedar mencapai standar akademik saja, melainkanmenyangkut seluruh aspek kehidupan baik secarah utuh dan seimbang. Ini berarti menyangkut segi-segi wawasan pengetahuannya,kleterampilan yang dimilikinya, sikap yang dibentuknya, kepercayaan akan nilai-niali yang diyakininya, struktur emosi yang dipunyainya, rasa keindahan atau estetikanya yang dikembangkannya , dll. Semua aspek kepribadiannya dikemnbangkan secara menyeluruh dan tepadu melalui kegiatan-kegiatan belajar yang diciptakan guru.
4.         Penyelengaraan kegiatan belajar lebih beriorentasi pada kreativitas peserta didik. Kegiatan belajar yang diciptakan guru sangatlah dituntut  untuk menghadapi berbagai permasalahan dan mengarahkan mereka untuk mampu mencari pemecahannya. Ini berarti pula bahwa peserta ini dituntuy untuk terbiasa bekerja keras dengan  penuh kesungguhan sehinggah menghasilakn karya-karya nyata yang bermannfaat.
5.         Penilain diarahkan pada kegiatan dan kemajuan peserta didik
Proses penilaian yang dilakukan, benar-benar memantau setiap kegiatan belajar yang dilakukan pesrta didik dan mengukur setiapbentuk kemajuan yang diraih. Berbagai
keterampilan, seperti keterampilan berbahasa, keterampilan social, keterampilan matematika, keterampilan berfikir dan bertinfdak, keter4ampilan dalam proses belajar itu sendiri, senantiasa mendapat pertimbangan penilaian.



B.       Rasional CBSA
            Tidak bisa kita pungkiri bahwa masih banyak diantara guru-guru sekolah dasar menyelenggarakan pengajarannya secara tidak menarik dan karenanya kurang dapat mencapai sasaran-sasaran yang diharapkan. Penggunaan metode ceramah masih mendominasikan  kegiatan sehari-hari. Peserta didik kegiatannya berulang ulang di sekitar mendengar, memprihatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang di perhatikan guru. Kegiatan belajar telah menjadi sesuatu yang rutin, menonton dan membosankan; bukan lagi sebagai kegiatan yang menarik, menantang, dan menuntut partisipasi aktif dari peserta didik.
            Dalam kehidupan yang penuh perubahan untuk berbagai sector, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, zaman yang makin mengglobal, dan persaingan hidup yang makin ketat, membawa implikasi kedalam kepentingan reorentasi proses pengajaran. Proses pengajaran seperti di gambarkan  dalam alinea pertamabagian ini, jelas tidak mungkin dapatmempersiapkan peserta didik  yang mampu bersaing dalam kehidupan dan menyesuaikan diri terhadap berbgai tantangamn yang makin berat. Pengajaranharus diorierantasikan pada kemampuan sikapdan berfikir kritis; dibangun di atau konsep-konsep dari sistyem filsofis yang kuat dilakukan proses pengajaran yang memberikan berbagai peluang dan pengalaman belajar  yang penuh arti dan dilakukan penilaian yang benar-benar akurat dan jujur  objektif dan penuh antisipasi dalam menjawab tantangan hidup masa depan.




C.      Hubungan Pendekatan Keterampilan Proses Dengan CBSA
             Proses pengajaran merupakan peristiwa yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar.Proses belajar itu sendiri menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku,pengetahuan,sikap dan keterampilan.Funk,dkk(1985) sebagai dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (1994),menyimpulkan bahwa :
1.      Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada peserdik pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan.mereka lebih langsung mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dalam kegiatan belajarnya dan lebih mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan
2.      Proses pengajaran yang berlangsung member kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan,tidak sekedar mendengar ceritera atau penjelasa guru mengenai suatu ilmu pengetahuan.justru disisi lain mereka bisa merasa berbahagia dengan peran aktif nya sebagai ilmuan
3.      Pendekatan keterampilan proses mengantarkan peserta didik untuk belajar ilmu pengetahuan,baik sebagai proses ataupun sebagai produk limu pengetahuan sekaligus


D.      Jenis-Jenis Keterampilan Proses
          Terdapat 2 jenis keterampilan proses yang dikemukakan Moedjiono dan Moh. Dimyati yaitu keterampilanketerampilan dasar dan keterampilan terintegtrasi.Keterampila-keterampilan itu meliputi mengobservasi, mengklasifikasi,memprediksi, mengukur,menyimpulkan dan mengkomunikasikan.Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi mencakup mengidentifikasi variable, membuat tabulasi data, menyajikan data dan bentuk grafik, menggambarkan keterhubungan antar variable ,mengumpulkan dan mengolah data,menganalisis penelitian, menyusun hipotesis , mendefinikian variable secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan experiment.
1.      Mengamati
Mengamati merupakan keterampilan yang paling dasar yang harus dikembangkan.Kegiata mengamati dunia sekitar mengenai berbagai objek dan fenomena alam, dilakukan melalui panca indra yaitu melalui penglihatan (misalnya: menentukan warna),pendengaran (mendengarkan suara burung beo),perabaan(merasakan kasar halusnya suatu benda atau objek),Penciuman (membedakan bau kencur dan jahe),dan Pengecap/Rasa (membedakan rasa manis gula merah dan putih)

2.      Mengklasifikasikan
Keterampilan ini merupakan keterampilan memilih atau menggolongkan berbagai objek,peristiwa dan segala sesuatu hal yang terjadi disekitar peserta didik, misalnya binatang dan tumbuhan adalah berbeda,tetapi juga bisa sama-sama merupakan makhluk hidup.

3.      Mengkomunikasikan
Keterampilan mengkomunikasikan  merupakan kemampuan dasar yang sangat penting untuk dimiliki peserta didik karena fungsinya yang vital bagi segala urusan yang kita lakukan dalam kehidupan ini.Peserta didik harus dilatih untuk dapat berkomunikasi secara efektif.

4.      Mengukur
Berapa jumlahnya?berapa kurangnya?berapa hasilnya?semua pertanyaan ini hendaklah dapat mudah untuk dijawab.karena itu kemampuan mengukur sangatlah penting untuk dilatihkan kepada peserta didik melalui kegiatan belajar yang ditempuhnya

5.      Memprediksi
Keterampilan ini merupakan kemampuan untuk melakukan antisipasi atau membuat suatu ramalan tentang berbagai hal yang terjadi dimasa yang akan datang. Kejadian kehidupan yang senantiasa berubah dan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan bahwa keterampilan proses memprediksi terasa demikian penting bagi peserta didik.
6.         Menyimpulkan
 Keterampilan ini merupakan kemampuan untuk mennyatakan hasil pertimbangan atau penilaian atas kondisi suatu objek  atau segala peristiwa yang terjadi. Pertimbangan atau penilaian ini dilakukan atas dasar fakta,konsep,dan prinsip-prinsip pengetahuan yang diketahui. Keterampilan ini berkaitan erat dengan keterampilan mengamati, mengumpulkan informasi, menganalisis atau mengolahnya, dan selanjutnya keterampilan menyimpulkannya.
7.        Merancang penelitian
Sejumlah ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemajuannya berkembang pesat, sebenarnya bermula dari kegiatan-kegiatan penilitianyang di rancang sebelumnya.Perancangan suatu penilitian yang dilakukan dengan cermat dan penuh kesungguhan akan menghasilkan sesuatu yang berguna dan bermakna bagi kehidupan ini. Hasil-hasil penelitian ini tidak mustahil akan berkaitan dengan persoalan rekonstruksi ilmu pengetahuan yang telah ada, sekaligus menjadi dasar bagi kehidupan umat manusia. Kemampuan merancang suatu penelitian hendaknya diperkenalkan dan di latihkan kepada peserta didik sedini mungkin sesuai dengan tingkat perkembangannya.
8.        Bereksprimen
Sering suatu bentuk eksperimen dilakukan seseorang tanpa ia menyadarinya. Misalnya, seorang anak bermain dengan alat mainannya. Ia membongkar dan memasangnya kembali alat mainaanya itu. Kegistan seperti Ini sebaiknya lebih diarahkan guru menjadi suatu bentuk eksprimen yang di hubungkan dengan masalah pengujian  hipotesis. Bereksprimen bagi peserta didik berarti mereka terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah dan kegiatan-kegiatan pemecahan masalah.
Perlu pula di jelaskan bahwa implementasi keterampilan-keterampilan diatas dalam suatu proses pengajaran dapat dikembangkan secara terpadu, yakni antara suatu keterampilan dengan keteranmpilan lainnya sekaligus terejawantahkan. Namun demikian, seorang guru dapat pula memberikan perhatian secara khusus terhadap suatu jenis  keterampilan yang dikembangkan, meskipun pada kenyataannya tidak akan pernah lepas dari keterkaitannya dengan pengembangan keterampilan lainnya. Selain itu, dapat saja untuk jenis keterampilan-keterampilan tertentu dipandang belum memadai untuk di implementasikan pada peserta didik yang duduk di kelas rendah ( kelas I sampai III ), Seperti keterampilan merabncang penelitian dan keterampilan bereksprimen yang keduanya termasuk  kedalam kelompok keterampilan terintegrasi. Dengan kata lain untuk jenis keterampilan lainnya, keterampilan mengamati, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi dan menyimpulkan, dapat di kembangkan mulai dari kelas I hinggah kelas VI. Meskipun demikian, untuk kedua jenis keterampilan merancang penelitian dan bereksprimen, tida menutup kemungkinan untuk di perkenalkan pada kelas-kelaas rendah sehinggah bentuk implementasinya menjadi lebih sederhana sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

E.       Prinsip-prinsip CBSA
            Sebagaimana diungkapkan Moedjiono dan moh. Dimyati dalam “ Strategi belajar mengajar” , prinsip-prinsip CBSA ini tampaknya dapat dikelompokkan menjadi: Pertama, prinsip-prinsip CBSA secara umum yang diturunkan dari prinsip-prinsip belajar. Kedua, adalah prinsip-prinsip CBSA yang secara khusus dilihat dari beberapa dimensi, yaitu program pembelajaran dan pada dimensi situasi belajar mengajar.
1.      Prinsip-prinsip CBSA Secara Umum
Secara umum prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam CBSA ini, adalah:
a.       Hal apapun yang dipelajari oleh murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri tidak ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
b.      Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya sendiri, dan untuk setipa kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar).
c.       Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setipa langkah segera diberi penguatan.
d.      Penguasaan secara penuh dari setiap langakah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
e.       Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasikan untuk belajar ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik.
2.      Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi peserta didik
Menyangkut dimensi peserta didik, berbagai hal yang mesti diperhatikan adalah :
a.       Keberanian peserta didik untuk menunjukkan minat, keinginan dan dorongan yang ada pada dirinya.
Yang penting mendapat perhatian di sini adalah bahwa peserta didik menyadari betul belaajar sebagai tugasnya. Ia terlibat aktif dengan menunjukkan minatnya, berusaha meraih keinginannya dan melakukan kegiatan belajar untuk mewujudkan dorongan atau motifnya.
b.      Keinginan dan keberanian untuk ikut serta dalam kegiatan belajar.
Prinsip ini menuntut peserta didik untuk terdorong keinginan dan keberaniannya berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Dengan kata lain, keinginan dan keberanian untuk terlibat aktif harus dibangkitkan. Kehendak mereka tidak boleh terpendam, keinginan tidak perlu tertunda dan keberanian mereka tidak boleh menjadi kendor sebelum teraktualisasikan dalam pengalaman belajar mereka sendiri.
c.       Usaha dan kreativita peserta didik.
Kerja keras peserta didik dalam berusaha mencari pemecahan masakah yang dihadapi dalam belajar patut menjadi perhatian yang penting. Mereka tidak diharapkan menghindari tantangan dan masalah-masalah yang dihadapi; kreativitas mereka justru harus mencul dan berkembang dengan optimal.
d.      Keingintahuan yang kuat.
Sifat keingintahuan yang kuat, yang secara alamiah telah ada dalam diri anak sejak kecil, tidak boleh terlambat. Peristiwa pengajaran hendaknya memelihara kondisi belajar peserta didik untuk selalu bertanya dan berusaha mencari jawabannya secara memuaskan. Mereka menjadi lebih aktif dalam belajar karena berbagai hal yang merancang untuk ditanyakannya dan dicari respon-responnya secara tepat.
e.       Rasa lapang dan bebas.
Kegiatan belajar sepatutnya menyenangkan, menimbulkan rasa lapang dan perasaan bebas. Kegiatan itu bukanlah sesuatu yang menimbulakan beban, perasaan stress, situasi yang mencakam dan menakutkan. Mereka tidak boleh terbelenggu untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan-gagasannya dalam kegiatan belajar. Mereka harus terbiasa dalam keadaan merdeka, memiliki kebebasan yang bertanggung jawab.
3.      Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi guru
Dilihat dari dimensi guru, sejumlah prinsip yang harus dipatuhi adalah:
a.       Usaha guru menbina dan mendorong peserta didik.
Prinsip ini menuntut guru untuk senantiasa bertindak sebagai motivator dalam mempertahankan keterlibayan aktif peserta didik selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
b.      Guru sebagai innovator dan fasilitator.
Guru adalah seseorang yang selalu tanggap terhadap setiap perubahan dan pembaruan atau inovasi. Ia harus responsive terhadap ide-ide atau gagasan-gagasan baru dan berusaha untuk menerapkan dan menyebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Ia juga dituntut untuk selalu berusaha memberikan bentuan, peluang dan kemudahan-kemudahan bagi terjadinya proses belajar peserta didik.
c.       Sikap tidak mendominasi.
Hal yang harus disadari guru adalah peran peserta didik dalm kegiatan belajar mengajar menduduki posisinya yang primer. Sedangkan guru sendiri menduduki posisnya yang sekunder. Peserta didiklah yang lebih penting dari pada guru. Karena itu guru tidak boleh mendikte atau mendominasi peserta didik. Peserta didik adalah seseorang yang aktif belajar. Mereka pada dasarnya mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan cara-cara yang dilakukannya sendiri pula.
d.      Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar menurut irama, cara, dan kemampuannya.
Setiap peserta didik hendaklah disadari sebagai seorang individu yang memiliki karakteristik masing-masing. Mereka itu memiliki keunikan, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dalam hal kekuatan motivasi belajarnya, kebutuhan belajarnya, kemampuannya, dan kecepatan belajarnya. Guru dituntut untuk berusaha melayani kepentingan peserta didik yang berbeda-beda itu. Pengajaran yang guru ciptakan hendaklah semakin membuka adanya kemungkinan pelayanan yang bersifat individual.

4.      Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi program pengajaran.
Dari dimensi program pengajaran, prinsip-prinsip CBSA yang harus diperhatikan dalah:
a.       Tujuan dan isi pelajaran memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik. Menurut prinsip ini, tujuan dan isi program pengajaran hendaknya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan peserta didik.
b.      Kemungkinan terjadinya pengembangan konsep dan aktivitas peserta didik.
 Program pengajaran yang disusun dan dilaksanakan guru, hendaklah program yang menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik mengembangkan konsep-konsep dan aktivitas belajarnya.
c.       Pengguanaan dan pemilihan berbagai metode dan media.
Suatu strategi dan metode mengajar yang bisa dipilah serta media yang bisa digunakan hendaknya dapat ditelusuri dari program pengajaran yang akan dilaksanakan. Artinya bahwa program pengajaran itu mencerminkan tuntutan pemilihan suatu strategi dan metode belajar  mengajar tertentu serta tuntutan penggunaan media tertentu pula. Penggunaan variasi strategi dan metode serta penggunaan multimedia sangat memungkinkan dapat melibataktifkan peserta didik dalam belajar tang penuh makna.
d.      Penentuan metode dan media yang fleksibel.
Program pengajaran hendaklah menyediakan pula adanya alternative atau metode dan media secara fleksibe. Pilihan ini dilakukan bukanlah mengurangi keberartian proses belajar mengajar yang dilakukan, melainkan merupakan penetapan atas tindakan-tindakan atau pilihan-pilihan yang nilanya setara.


5.      Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi situasi belajar mengajar
Prinsip-prinsip CBSA yang penting dipatuhi pada dimensi situasi belajar mengajat adalah:
a.       Komunikasi guru –peserta didik yang intim dan hangat.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kedudukan guru dan peserta didik dalam peristiwa komunikasi (belajar-mengajar) menempati posisi yang sederajat. Hal demikian dimaksudkan agar hubungan diantara keduanya berada dalam situasi keterbukaan, kebersamaan, kekeluargaan, intim dan hangat. Dalam dituasi yang diciptakan semacam ini tidaklah kewibawaan guru akan berkurang melainkan hal itu dapat memperlancar jalannya proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan usaha pencapaian prestasi belajar peserta didik yang tinggi.
b.      Terjadinya kegairahan dan kegembiraan dalam belajar.
Peserta didik, lebih-lebih anak-anak usia sekolah dasar masih sangat menuntut terciptanya situasi kegairahan dan kegembiraan dalam mengajar. Guru-guru iru hendaknya mempertimbangkan betul karakteristik peserta didik dan melakukan penyesuaian atau sitiasi belajar mengajar yang dikondisikan

F.       Asas-asas Mengajar
            Proses mengajar itu merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan, yakni bertujuan dalam suasana yang menyenangkan peserta didik dan mewujudkan pencapaian hasil belajar yang tinggi. Keberhasilan proses pengajaran sepenti ini tentu saja menuntut perhatian guru untuk mempertimbangkan dan meyakinkan bahwa sejumlah komponen yang terlibat dalam system pengajaran tersebut benar-benar kondusif terhadap pencapaian tujuan pengajaran itu sendiri. Empelajari proses pangajaran dan berbagai factor yang mempengaruhi keberhasilannya, Moh. Ali menyarankan guru-guru untuk berpegangan pada asas-asas mengajar berikut ini:
1.      Mengajar sepatutnya mempertimbangkan pengalaman belajar(peserta didik)sebelumnya
Dalam hal ini seorang peserta didik akan memperoleh kemudaha atau pengalaman belajar yang lebih baik, manakala pengalaman sebelumnya mempunyai hubungan fungsional atas pengalaman baru yang dilaluinya.Johan Friedrich Herbart (1776-1841)sebagaiman diungkapkan Mohammad Ali (1990) menyatakan bahwa untuk memulai suatu proses pengajaran terlebih dahulu guru harus mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.
2.      Proses pengajaran dimulai bila peserta didik dalam keadaan siap untuk melakukan kegiatan belajar
Kondisi fisik, kemampuan dasar dan kesediaan atau dorongan untuk belajar amatlah menetukan afektifitas kegiatan belajar.Kecerdasan dan kemampuan dan minat dan dorongan belajar peserta didik yang berbeda-beda sesungguhnya dapat memperlihatkan tingkat kesiapan belajar yang berbeda-beda pula.

3.      Bahan pelajaran seharusnya menarik minta peserta didik untuk mempelajarinya
Bahan pelajaran hendaknya menarik perehatian peserta didik,agar peserta didik tersebut mau dan senang mempelajarinya.Bahan pelajaran yang bersifat praktis,menyangkut lingkungan kehidupan dan pengalaman si anak atau peserta didik ,biasanya menarik perhatian mereka.Guru di tuntut pula dapat mempelajari bahan-bahan yang dianggap sulit menjadi lebih sederhana dan konkrit atau mudah dipahami peserta didik.

4.      Dalam melaksanakan pengajaran, Guru seharusnya berusaha agar peserta didik terdorong untuk melakukan kegiatan belajar
Motivasi meupakan factor penting yang menentukan keberhasilan belajar. Karena itu, guru harus pandai mensiasati peserta didiknya agar terdorong untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi itu sendiri brsifat fluaktif, kadang-kadang turun atau naik, dan guru tentunya dituntut untuk mampu memelihara motivasi itu dalam keadaan kuat. Orientasi pada prestasi belajar yanag tinggi dan penciptaan suasana belajar yang membangkitkan semangat dan gairah belajar, amatlah penting menjadi acuan proses belajar mengajar yang diciptakan guru sehari-hari.

5.    Proses pengajaran sepatutnya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik
Penting diyakini kembali pada Anda, bahwa peserta didik adalah seseorang yang unik, memiliki perbedaan-perbedaan yang khas. Mereka berbeda dalam kondisi dan ketahanan fisiknya, harapan dan kebutuhan-kebutuhan belajarnya, minat, dan kemampuannya, struktur emosinya, dan aspek-aspek kepribadiannya. Karena perbedaan-perbedaannya ini mereka, sesungguhnya tidak bisa “dipersamakan”.Mereka itu menuntut perlakuan yang berbeda-beda,yakni perlakuan yang bersifat individual.Dalam hal ini,guru sekolah dasar harus mampu melakukan disversivikasi atas berbagai strategi yang dilakukannnya.

6.    Pengajaran sepatutnya mengantarkan peserta didik untuk melakukan proses belajar secara aktif
Sebenarnya tingkat keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar banyak ditentukan oleh anggapan si guru tentang siapa peserta didik  yang melakukan kegiatan belajar itu.Anggapan ini akan melahirkan usaha guru menciptakan lingkungan belajar dan strategi mengajar yang membangkitkan keterlibatan peserta didik.

7.    Pelaksanaan pengajaran sepatutnya berpegang pada prinsip-prinsip pencapaian hasil belajar secara psikologis
Kegiatan belajar  yang dialami peserta didik merupakan kegiatan yang kompleks.Hal itu akan memperlihatkan bahwa peserta didik melakukan berbagai proses, misalnya mengamati, mengklasifikasi, mengukur, memperkirakan, membandingkan, menguraikan, dan menyimpulkan.

3 komentar:

Walidin mengatakan...

Memang belajat dengan metode cbsa memberikan hasil yang lebih baik,.ini karena guru selalu memberikan rangsangan motorik terhadap otak anak didiknya.

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar

 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog. Copyrights 2011.