A.
Administrasi
Kurikulum
1. Pengertian
Administrasi Kurikulum
Dalam kegiatan
proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan. Kurikulum sebagai pedoman
untuk menyusun target dalam proses belajar mengajar. Namun, dalam memahami
hakikat kurikulum sering kali terjadi perbedaan persepsi dan pemahaman.
Untuk itu
berikut ini dikemukakan beberapa pengertian kurikulum tersebut:
a.
Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan
tertulis yang berisi uraian tentang
program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun.
b.
Kurikulum dilukiskan sebagai bahan
tertulis untuk digunakan para guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik.
c.
Yang dimaksud dengan kurikulum adalah
suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu
rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di
sekolah.
d.
Kurikulum diartikan sebagai tujuan
pengajaran, pengalaman-pengalaman belajar dan cara-cara penilaian yang
direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.
e.
Kurikulum di pandang sebagai program
pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan tertentu.
Kelima
pengertian yang dikemukakan di atas, pengertian kurikulum yang terakhir
(kelima) menjadi pandangan atau wawasan dalam karya tulis ini mengingat lebih
sederhana dan menggambarkan suatu pengertian di mana kurikulum diartikan
sebagai suatu program pendidikan serta dinyatakan dalam bentuk yang lebih umum
sifatnya.
Jika kita
himpunkan pengertian kurikulum ini dengan pengertian atau istilah administrasi
dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kata Latin “Administrate” yang berarti
membantu atau melayani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris ‘Administration”,
dapat kita simpulkan bahwa pengertian administrasi kurikulum adalah pelayanan
program pendidikan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan dalam
pendidikan.
2. Prinsip
Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum dibina
dan dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dianutnya. Prinsip itu
pada dasarnya merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum tersebut.
Prinsip-prinsip yang biasa digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Menurut Sudirman S, antara lain:
a. Prinsip
Orientasi Pada Tujuan
Implikasi prinsip ini mengusahakan
agar seluruh kegiatan kurikuler terarah dan diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya.
b. Prinsip
Relevansi
Secara
umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan
dengan tuntunan kehidupan masyarakat. Artinya pendidikan dipandang relevan jika
hasil perolehan pendidikan itu bersifat fungsional. Masalah relevansi ini dapat
dikaji sekurang-kurangnya lewat tiga segi:
1) Relevansi
pendidikan dengan lingkungan para murid. Artinya dalam penetapan bahan
pendidikan yang akan disajikan haruslah sesuai dengan apa yang ada dalam
lingkungan sekitar murid.
2) Relevansi
dengan pengembangan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Misalnya
topik sajian “pembuatan kipas dari bambu” untuk penduduk kota, kiranya kurang
tepat sebab di kota sekarang ini memasak menggunakan kompor minyak atau kompor
gas yang tidak memerlukan kipas dari bambu.
3) Relevansi
dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan. Dalam menetapkan kegiatan belajar dan
pengalaman belajar siswa hendaknya diorientasikan dengan tuntutan dalam dunia
pekerjaan atau konsumen pemakai lulusan atau konsumennya nanti. Misalnya para
murid SMEA harus banyak diajarkan surat-menyurat, mengetik komputer, dan
lain-lain sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemakai lulusan atau
konsumennya nanti.
c. Prinsip
Efektifitas
Implikasi prinsip ini dalam
pengembangan kurikulum ialah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler
membuahkan hasil tanpa ada kegiatan yang mubazir dan terbuang percuma.
d. Prinsip
Efisiensi
Implikasi prinsip ini mengusahakan
agar kegiatan kurikuler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya dan sumber-sumber
lain secara cermat dan tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu mewadahi dan
memenuhi harapan.
e. Prinsip
Fleksibilitas
Fleksibilitas ini diartikan
lentur/tidak kaku dalam memberikan kebebasan bertindak. Dalam kurikulum
pengertian itu dimaksudkan dalam memilih program-program pendidikan bagi murid
dan kebebasan dalam mengembangkan program pendidikan bagi para guru. Misalnya
pengadaan program pilihan yang sesuai dengan kemampuan dan minat murid.
f. Prinsip
Integritas
Implikasi prinsip ini mengusahakan
agar pendidikan dalam suatu kurikulum menghasilkan manusia seutuhnya walaupun
kegiatan kurikulernya terjabar dalam komponen kurikulum.
g. Prinsip
Sinkronisasi
Implikasi prinsip ini mengusahakan
agar seluruh kegiatan kurikuler seirama, searah dan satu tujuan. Jangan sampai
terjadi suatu kegiatan kurikuler menghambat, berlawanan atau mematikan kegiatan-kegiatan
kurikuler lainnya.
h. Prinsip
kesinambungan (kontinuitas)
Implikasi prinsip ini mengusahakan
agar antara berbagai tingkat dari jenis program pendidikan saling berhubungan.
Dalam tatanan bahan kurikuler yang dikaitkan atau saling menjalin.
1) Kesinambungan
antar berbagai tingkat sekolah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Bahan-bahan
pelajaran hendaknya sambung-menyambung antara tingkat yang satu dengan tingkat yang
lain yang lebih tinggi.
b) Bahan
pelajaran yang sudah disajikan pada tingkat sekolah yang lebih rendah tidak
perlu lagi disajikan pada tingkat sekolah yang lebih tinggi.
2) Kesinambungan
antara berbagai tingkat studi. Seringkali bahan sajian dalam berbagai bidang
studi mempunyai hubungan yang satu dengan yang lain.
i. Prinsip
Objektifitas
Implikasi prinsip ini mengusahakan
agar semua kegiatan kurikuler dilakukan dengan kegiatan catatan kebenaran
ilmiah dengan mengenyampingkan pengaruh-pengaruh emosional dan irisional.
j. Prinsip
Demokrasi
Implikasi prinsip ini ialah
mengusahakan agar dalam penyelenggaraan pendidikan dikelola dan dilaksanakan
secara demokrasi.
3. Pengorganisasian
Kurikulum
Organisasi
kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan
disampaikan kepada murid-murid. Organisasi kurikulum sangat erat berhubungan
dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena pola-pola yang berbeda akan
mengakibatkan isi dan cara penyampaian pelajaran berbeda pula.
Pola-pola
pengorganisasian kurikulum ada banyak macamnya tetapi yang menjadi pandangan
dan perlu untuk dikemukakan pada kesempatan ini ada 3 macam, yaitu:
a. Separated
Subject Curriculum
Kurikulum ini
menyajikan segala bahan pelajaran dengan berbagai macam mata pelajaran
(subjects) yang terpisah-pisah satu sama lain. Seakan-akan ada batas pemisah
antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara suatu kelas dengan
kelas yang lain.
Separate Subject
Curriculum mengandung beberapa hal yang positif di dalam praktek pendidikan di
sekolah, yakni:
1) Bahan
pelajaran disajikan secara sistematis dan logis
2) Organisasi
kurikulum ini sederhana
3) Penilaian
lebih mudah
4) Kurikulum
ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran
5) Kebanyakan
orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan masuk Perguruan Tinggi. Di
Perguruan Tinggi biasanya organisasi kurikulum sesuai dengan prinsip
terpisah-pisah itu.
Di samping itu ada kritik-kritik untuk Separate
Subject Curriculum, sebagai berikut:
1) Mata
pelajaran terlepas-lepas satu sama lain, tidak sesuai dengan kenyataan
kehidupan yang sebenarnya.
2) Tidak
atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
3) Dari
sudut Psykhologis kurikulum demikian mengandung kelemahan: Banyak terjadi
verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak
didik.
4) Kurikulum
ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.
b. Correlated
Curriculum
Pada
dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran itu satu sama
lain ada hubungan, bersangkut paut (correlated) walaupun mungkin batas-batas
yang satu dengan yang lain masih dipertahankan.
Beberapa kebaikan Correlated Curriculum dapat disebutkan antara lain:
Beberapa kebaikan Correlated Curriculum dapat disebutkan antara lain:
1) Dengan
korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas (berpadu)
2) Dengan
melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain minat murid
bertambah
3) Korelasi
memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari
berbagai sudut
4)
Dengan korelasi maka yang diutamakan
adalah pengertian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan
begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi
murid-murid.
Disamping kebaikan itu, ada keberatan yang diajukan terhadap Correlated Curriculum ini yakni sebagai berikut:
Disamping kebaikan itu, ada keberatan yang diajukan terhadap Correlated Curriculum ini yakni sebagai berikut:
1) Sulit
untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan
sehari-hari sebab dasarnya subject centered.
2) Tidak
memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata
pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti
pelajaran di Perguruan Tinggi.
c. Integrated
Curriculum
Integreted
Curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan
bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan
pelajaran diharapkan mampu membentuk kepribadian murid yang integral, selaras
dengan kehidupan sekitarnya. Apa yang diajarkan di sekolah di sesuaikan dengan
kehidupan anak di luar sekolah.
Beberapa
manfaat kurikulum yang “Integrated” ini dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Segala
sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erta, bukan fakta yang
terlepas satu sama lain.
2) Kurikulum
ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan
kepada masalah yang berarti dalam hidup mereka.
3) Kurikulum
ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
4) Aktivitas
anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri, atau bekerja sama
dengan kelompok
5) Kurikulum
ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid
Keberatan-keberatan
yang dilontarkan orang kepada kurikulum yang integrated ini adalah sebagai
berikut:
1) Guru
kita belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini
2) Kurikulum
ini tidak mempunyai organisasi yang sistematis
3) Kurikulum
ini memberatkan tugas guru
4) Kurikulum
ini tidak memungkinkan ujian umum sebab tidak ada uniformitas di sekolah-sekolah
satu sama lain
5) Anak-anak
diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum
6) Pada
umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk melaksanakan kurikulum
ini.
4. Perencanaan
Kurikulum
Di dalam
perencanaan kurikulum terdapat sekitar masalah tanggung jawab untuk menentukan:
Harus bagaimana bentuk kurikulum itu. Siapa yang merencanakan dan bilamana. Ada
yang mengemukakan pendapat bahwa perencanaan kurikulum adalah pekerjaan yang
memerlukan keahlian dan karena itu dikerjakan oleh para ahli atau “expert”
dalam bidang perencanaan kurikulum. Menurut pendapat ini kurikulum harus
direncanakan baik-baik sebelumnya. seringkali secara terperinci mengenai
situasi belajar, dan semua murid di semua sekolah tingkat tertentu mempunyai kurikulum
yang kira-kira seragam,
Mengenai
perencanaan dimuka atau “Pre-Planning” terdapat perbedaan pendapat dalam hal
sejauh mana perencanaan dimuka dapat dilakukan. Ada beberapa ahli yang
mengemukakan pendiriannya, bahwa tidak ada aspek-aspek kurikulum yang harus
direncana jauh sebelum situasi belajar berlangsung. Untuk penjelasan singkat, pendapat-pendapat
yang berbeda itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kurikulum
seharusnya direncanakan di muka secara terperinci oleh “experts” dalam bentuk
kumpulan mata pelajaran.
b. Kurikulum
direncanakan secara terperinci di muka oleh panitia yang terdiri dari guru-guru
dalam bentuk kumpulan mata pelajaran.
c. Kurikulum
direncanakan dalam garis besarnya yang luas oleh panitia yang terdiri dari
guru-guru dalam bentuk pedoman kerja. perincian dilakukan oleh guru berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan murid.
d. Kurikulum
direncanakan dalam garis besarnya berisi partisipasi dari guru-guru dan
tokoh-tokoh masyarakat. perincian dilakukan oleh perencanaan bersama guru
murid.
e. Kurikulum
direncanakan oleh guru bersama murid pada waktu akan belajar, tanpa perencanaan
jauh dimuka.
5. Pelaksanaan
Kurikulum
Sebelum
kurikulum benar-benara dilaksanakan, harus terlebih dahulu memperhatikan
perbedaan-perbedaan individual. Yang dimaksud disini adalah masalah penyesuaian
program pengajaran terhadap perbedaan-perbedaan di antara anak-anak. Jawaban
terhadap persoalan ini macam-macam. Kurikulum yangn berorientasikan kumpulan
mata pelajaran berasal dari zaman sebelum ada pengetahuan tentang
perbedaan-pebedaan individu dan kemapuan pada murid. Pada waktu itu orang
menganggap semua murid (kecuali anak-anak lemah jiwa) dapat menguasai semua
mata pelajaran yang diberikan disekolah dengan kepandaian yang sama asal mereka
rajin belajar.
Dewasa ini pada
umumnya diakui bahwa makhluk manusia sangat beraneka ragam dalam kemampuannya
untuk maju. Keadaan itu telah menggerakkan para pendidikan kepada
perbedaan-perbedaan individual ini. Disini timbul perbedaan-perbedaan pendapat
mengenai persoalan bagaimana hal ini harus dilaksanakan.
Pertama, ialah
konsep kurikulum yang telah di tetapkan jauh di muka harus dikuasai oleh semua
murid menurut kecepatan yang telah diatur sebelumnya. Masalahnya ialah
menyesuaikan individu-individu yang mempunyai kecepatan belajar yang
berbeda-beda pada “realitas” ini.
Pendapat kedua,
mengemukakan teori bahwa murid-murid harus dikelompokkan menurut kemampuannya
dengan tujuan bahwa pengelompokan ini akan memperkecil perbedaan kemampuan
dalam tiap kelompok agar mempermudah pelaksanaan individualis program
pengajaran.
· Kelompok
murid-murid yang lambat belajar atau (slaw learners) hanya diberi pelajaran
tentang hal-hal penting yang sekurang-kurangnya harus dikuasai oleh semua atau
“minimum assentials” atau di sebut program umum.
· Kelompok
pelajar yang cerdas dan cepat belajar atau “Fast Learnest” selain cepat
menguasai minimum essential diberi juga program yang lebih luas yang fungsinya
memperkaya program umum (enriched program learning)
Pendapat ketiga,
ialah menciptakan jenis kurikulum berdasarkan pengalaman yang dipusatkan kepada
masalah-masalah dan memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok tesebut
dalam pendapat kedua untuk bekerja sama memecahkan masalah bersama, yang
menarik perhatian bersama. Hal ini menunjukkan tiap anggota kelompok untuk
mampu bekerja menurut taraf perkembangan masing-masing dalam bidang akademis
sosial dan emosi dan masih menunjang usaha bersama kelompok.
6. Pengembangan
Kurikulum
Dalam Pengembangan Kurikulum
terdapat dua proses utama, yakni Pengembangan Pedoman Kurikulum dan
Pengembangan Pedoman Instruksional.
a. Pedoman
Kurikuklum, meliputi:
· Latar
belakang yang berisi rumusan Falsafah dan tujuan lembaga pendidikan, populasi
yang menjadi sasaran, rasional bidang studi atau mata kuliah, struktur
organisasi bahan pelajaran.
· Silabus
yang berisi mata pelajaran secara lebih terinci yang diberikan yakni Scope
(ruang lingkup) dan Sequence-nya (urutan pengajiannya).
· Desain
evaluasi termasuk strategis revisi atau perbaikan kurikulum mengenai: Bahan
pelajaran (Scope dan Sequence)
· Organisasi
bahan dan strategi intruksionalnya
b. Pedoman
intruksioanal untuk tiap mata pelajaran yang dikembangnkan berdasarkan silabus.
Pedoman
Kurikulum
Pedoman kurikulum disusun untuk
menentukan dalam garis besarnya :
·
Apa yang akan diajarkan (ruang lingkup,
Scope).
·
Kepada siapa diajarkan.
·
Apa sebab diajarkan, dengan tujuan apa.
·
Dalam urutan yang bagaimana (Sequence)
Selanjutnya
perlu diuraikan:
·
Falsafah dan misi lembaga pendidikan,
sekolah, akademi, atau Universitas /institut. Dalam hal perguruan tinggi perlu
dikemukakan Falsafah dan misi tiap fakultas dan jurusan.
·
Alasan atau rasional kurikulum berhubungan
dengan populasi yang dijadikan sasaran, yakni untuk apa siswa dipersiapkan.
·
Tujuan filosofis mengenai bahan yang
akan diajarkan, alasan memilihnya.
·
Organisasi bahan pelajaran secara umum.
Langkah-langnkah
dalam pengembangan pedoman kurikulum
Dalam garis besarnya kita dapat mengikuti langnkah-langkah sebagai berikut :
Dalam garis besarnya kita dapat mengikuti langnkah-langkah sebagai berikut :
·
Kumpulan keterangan mengenai
faktor-faktor yanng turut menentukan kurikulum serta latar belakangnya.
·
Tentukan mata pelajaran atau mata kuliah
yang akan diajarkan.
·
Rumusan tujuan tiap mata pelajaran.
·
Tentukan hasil belajar yang diharapkan
dari siswa dalam tiap mata plajaran.
·
Tentukan topik-topik tiap mata
pelajaran.
·
Tentukan syarat-syarat yang dituntut
dari siswa.
·
Tentukan bahan yang harus dibaca oleh
siswa.
·
Tentukan strategi mengajar yang serasi
serta sediakan berbagai sumber/ alat peraga proses belajar mengajar.
·
Tentukan alat evaluasi hasil belajar
siswa serta skala penilaiannya.
·
Buat desain rencana penilaian kurikulum
secara keseluruhan dan strategi perbaikannya.
Menyusun silabus yang berisi pokok-pokok bahasan
atau topik dan sub-topik tiap mata pelajaran / mata kuliah termasuk tanggung
jawab pengajar disekolah atau jurusan.
Demikian pula halnya dalam penyusunan pedoman
instruksional. Karena guru / dosenlah yang bertanggung jawab untuk merencanakan
menyusun, menyampaikan dan mengevaluasi satuan pelajaran. Maka karena itu tiap
guru atau dosen adalah seorang pengembang kurikulum.
Pedoman Instruksional
Pedoman Instruksional diperoleh atas usaha pengajar
untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar lebis spesifik sehingga lebih
mudah untuk mempersiapkannya sebagai pelajaran dalam kelas. dengan demikian apa
yang diajarkan benar-benar bersumber dari pedoman kurikulum
Untuk praktisnya dan mempemudah pekerjaan sambil lebih menjamin mutunya, penyusunan pedoman instruksional sebaiknya dilawan suatu tim, termasuk guru yang akan mengajarkannya.
Untuk praktisnya dan mempemudah pekerjaan sambil lebih menjamin mutunya, penyusunan pedoman instruksional sebaiknya dilawan suatu tim, termasuk guru yang akan mengajarkannya.
Langkah-langkah
mendesain pedoman instruksional
Untuk
mendesain pedoman instruksional dapat diperhatikan langkah-langkah berikut:
·
Tentukan satu atau dua tujuan untuk tiap
topik yang telah di sebutkan dalam silabus mata pelajaran. Tujuan itu lazim
disebut tujuan instruksional umum atau TIU.
·
Rumuskan Tujuan Instruktur Khusus (TIK)
sehingga dapat diamati dan diukur hasilnya.
·
Tentukan dua atau tiga macam kegiatan
belajar bagi tiap tujuan khusus.
·
Sediakan sumber dan alat belajar
mengjajar yang sesuai.
·
Buat desain penilaian hasil dan
kemampuan belajar, cara menilai, alat menilai untuk tiap tujuan khusus.
Mutu Pendidikan
Pendekatan
pengembangan kurikulum dengan menyusun pedoman kurikulum dan pedoman
instruksional bertujuan untuk meningkatkan mutu sekolah dan universitas dengan
meningkatkan efektivitas mengajar dengan melakukan hal-hal yang berikut:
·
Menentukan kerangka umum kurikulum yang
dapat disetujui bersama.
·
Menetapkan standar nminimal untuk tiap
mata pelajaran atas persetujuan bersama. Agar tiap guru yang mengajarkan mata
pelajaran yang sama akan berusaha mencapai standar minimal itu, bahkan bisa
mungkin melebihinya.
·
Menyediakan sumber belajar dan
memanfaatkannya sepenuhnya.
·
Membantu tnaga pengajar muda dalam
merencanakan pelajaran dan dalam proses belajar mengajar agar dapat memenuhi
standar yang ditetapkan.
·
Menjamin diadakannya revisi kurikulum
secara teratur.
7. Evaluasi
Kurikulum
a. Dasar-dasar
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum bermacam-macam tujuannya, yang
paling penting di antaranya ialah :
·
Mengetahui hingga manakah siswa mencapai
kemajuan kearah tujuan yang telah ditentukan.
·
Melalui efektivitas kurikulum.
·
Menentukan faktor biaya, waktu dan
tingkat keberhasilan kurikulum.
Sering kita lihat bahwa kurikulum dirombak tanpa evaluasi yang sistematis. Jika evaluasi diadakan secara terus-menerus mungkin tak perlu kurikulum diganti seluruhnya, akan tetapi dapat senantiasa di perbaiki dan disempurnakan serta disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sering kita lihat bahwa kurikulum dirombak tanpa evaluasi yang sistematis. Jika evaluasi diadakan secara terus-menerus mungkin tak perlu kurikulum diganti seluruhnya, akan tetapi dapat senantiasa di perbaiki dan disempurnakan serta disesuaikan dengan perkembangan zaman.
b. Desain
Evaluasi
Desain evaluasi menguraikan tentang
(1) Data yang harus dikumpulkan, (2) analisis data untuk “membuktikan” nilai
dan efektivitas kurikulum.
Desain evaluasi biasanya terdiri atas sekurang-kurangnya lima langkah, yakni:
Desain evaluasi biasanya terdiri atas sekurang-kurangnya lima langkah, yakni:
Merumuskan
tentang evaluasi
Tujuan evaluasi yang komprehensif
dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni:
1) Dimensi
I
Yang terdiri atas formatif dan
sumatif:
Formatif : Evaluasi dilakukan
sepanjang pelaksanaan kurikulum. Data dikumpulkan dan dianalisis untuk
menemukan masalah serta mengadakan perbaikan sedini mungkin.
Sumatif : Proses evaluasi dilakukan
pada ahkir jangka waktu tertentu (misalnya, pada akhir semester, tahun pelajaran
atau setelah lima tahun)
2) Dimensi
II
Yang terdiri dari proses dan produk
Proses : Yang dievaluasi ialah
metode dan proses dalam pelaksanaan kurikulum
Produk : Yang dievaluasi ialah hasil-hasil nyata, yang dapat dilihat, yang dihasilkan oleh guru (seperti silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran) dan yang dihasilkan oleh siswa (seperti hasil test, karangan, makalah dan sebagainya).
Produk : Yang dievaluasi ialah hasil-hasil nyata, yang dapat dilihat, yang dihasilkan oleh guru (seperti silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran) dan yang dihasilkan oleh siswa (seperti hasil test, karangan, makalah dan sebagainya).
3) Dimensi
III
Yang terdiri atas operasi dan hasil
belajar siswa
Operasi : Disini dievaluasi keseluruhan proses pengembangan kurikulum termasuk perencanaan, desain, implementasi, administrasi, pengawasan, pemantauan dan penilaiannya, juga biaya, staf pengajar, penerimaan siswa, pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu.
Operasi : Disini dievaluasi keseluruhan proses pengembangan kurikulum termasuk perencanaan, desain, implementasi, administrasi, pengawasan, pemantauan dan penilaiannya, juga biaya, staf pengajar, penerimaan siswa, pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu.
Hasil belajar siswa : Disini yang
dievaluasi ialah hasil belajar siswa bertalian tujuan kurikulum yang harus dicapai,
dinilai berdasarkan standar yang ditetapkan.
c. Mendesain
proses dan metodologi evaluasi
Pada
saat ini terdapat berbagai model evaluasi yang dapat dijadikan pegangan untuk
mendesain proses dan metode penilaian kurikulum. Model mana yang digunakan bergantung
pada tujuan evaluasi, waktu dan biaya yang tersedia dan tingkat kecermatan dan
kesfesifikan yang diinginkan. Di bawah ini akan kita bicarakan lima model
secara singkat.
1) Model
Diskrepansi Provus
Model
ini termasuk model yang paling mudah direncanakan dan dilaksanakan. Disini kita
hanya membandingkan hasil atau performance yang nyata dengan standar yang telah
ditentukan.
2) Model
Kontingensi-kontingensi Stake
Yang menarik perhatian stake ialah
bahwa hasil yang diharapkan oleh pengajar sering berbeda hasil yang nyata
menurut penilaian objektif oleh team ahli penilai eksternal.
3) Model
CIPP Stufflebeam
CIPP (Context-Input-Process-Product=konteks-input-proses-produk)
adalah suatu model evaluasi yang
dikembangkan oleh Stufflebeam CS yang bertujuan untuk membantu dalam perbaikan
kurikulum, tetapi juga untuk mengambil keputusan apakah program itu dihentikan
saja.
4) Model
Transfarmasi kualitatif Eisner
Ini dikembangkan oleh Eisner ia
berpendapat bahwa pendidikan adalah kegiatan yang bercorak artistik selain
mengandung unsur latihan. Jika belajar-mengajar pada hakikatnya artistik maka
proses evaluasinya harus apa yang dilakukan dalam konteks seni. Maka kritik
kurikulum hendaknya berusaha melihat aspek individual yang signifikan dalam
pelaksanaan kurikulum.
5) Model
Lingkaran-Tertutup Corrigan
Tiap hasil evaluasi mengenai tiap
langkah digunakan sebagai balikan agar dapat segera diadakan perbaikan, dapat
diisi kesenjangan atau ditiadakan tumpang-tindih. Jadi model ini mengadakan
tinjauan yang kontinu dan tidak menunggu sampai akhir program.
d. Menspesifikan
data yang diperlukan untuk menyusun instrumen bagi proses pengumpulan data
Model
evaluasi yang kita pilih akan memberi petunjuk tentang jenis data yang perlu
dikumpulkan maupun metode yang harus digunakan. Misal, model stake memerlukan
data observasi yang diperoleh setidaknya tiga orang pengamat ahli selain si
pengajar. Data yang dikumpulkan bagi evaluasi pada umumnya termasuk dua
kategori:
1) Data
“keras” berupa fakta seperti score test, absensi, pembiayaan dan sebagainya.
Alat pengumpul data keras pada pokoknya mengumpulkan data berupa score, jumlah,
dan taraf atau skala.
2) Data
“lunak’ seperti persepsi dan pendapat orang yang dapat berbeda-beda. Untuk
mengumpulkan data ini digunakan wawancara, angket, opinionnair, survei dan sebagainya.
e. Mengumpulkan,
menyusun, dan mengolah data
Prosedur
pengumpulan data langsung berhubungan dengan tujuan evaluasi. Jika misalnya
tujuan I telah jelas dipaparkan, maka proses analisis langkah itu akan jelas
pula.
Laporan evaluasi biasanya terdiri
atas tiga hal, yakni:
1) Hasil-hasil,
yaitu apa yang telah ditemukan berdasarkan data yang dikumpulkan
2) Kesimpulan,
yaitu keputusan yang dapat diambil berdasarkan data itu dan apakah data telah
cukup memadai untuk mendukung keputusan itu
3) Rekomendasi,
apakah cukup data untuk mendukung kelangsungan kurikulum, ataukah disarankan
agar dijalankan lanjutan penilaian agar diperoleh data yang lebih banyak.
Desain
evaluasi kurikulum harus dimasukkan sebagai bagian internasional dari pedoman
kurikulum bila kita ingin memperoleh gambaran yang jelas mengenai keampuhan
atau kelemahan pedoman kurikulum itu.
Desain evaluasi kurikulum harus disiapkan dengan cermat dn meliputi, antara lain:
Desain evaluasi kurikulum harus disiapkan dengan cermat dn meliputi, antara lain:
a)
Berapa kali dan kapan akan diadakan
evaluasi, prosedur apa yang akan dijalankan?
b)
Data apa yang akan dikumpulkan, dari
siapa, oleh siapa? kapan?
c)
Siapakah yang akan bertanggung jawab atas
pengumpulan analisis data?
d) Keputusan
apa yang akan diambil mengenai kurikulum, kapan dan oleh siapa?
Hanya
berkat evaluasi kurikulum kita dapat mengetahui dimana kita berada dan kemana
kita pergi. Tanpa kedua titik orientasi itu proses kurikulum maupun
instruksional seakan-akan kita biarkan berkelana tanpa kita ketahui kemana
arahnya.
8. Sarana
dalam Administrasi Kurikulum
Kurikulum
dilaksanakan dengan menggunakan sarana pendekatan multistrategi dan multimedia.
Sumber belajar dan tekhnologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar.
Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
Kurikulum yang
mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan., keterkaitan dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang
pendidikan.
B.
Administrasi
Personalia
1. Pengerian
Administrasi Personalia
Administrasi
personalia, adalah serangkaian proses kerja sama mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam bidang personalia dengan
mendayagunakan sumber daya yang ada dan efisien, sehingga semua personil
sekolah menyumbang secara optimal bagi pencapaian tujuan pendidikan
/sekolah yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan
Perencanaan Pegawai
Perencanaan Pegawai
Perencanaan
pegawai bertujuan untuk mengetahui secara pasti akan kebutuhan pegawai, baik
mengenai jumlahnya maupun mengenai jenis dan tingkatannya. Untuk mengetahui
kebutuhan pegawai ini ada tiga hal yang perlu diketahui lebih dahulu, yaitu :
Jumlah dan jenis
pegawai yang telah adaü
Beban kerja (load) dari
lembaga ataupun unit-unitnyaü
Kapasitas kerja pegawaiü
Dalam
rangka perencanaan penentuan penambahan atau pengurangan pegawai secara umum
dapat dikatakan, bahwa ada dua kebijakan dlaam hal ini, yaitu :
a. Kebijakan
kepegawaian didasarkan pada kebutuhan (need oriented) ; berarti apabila suatu
unit kerja mengalami perkembangan, berarti beban kerja bertambah. Bila beban
kerja bertambah, berarti perlu adanya penambahan pegawai. Sebaliknya, apabila
suatu unit kerja (usaha) mengalami kemunduran, berarti beban kerja menyusut.
Bila beban kerja menyusut berarti ada pegawai tidak berfungsi. Dalam hal ini
diadakan pengurangan pegawai. Penyusutan atau pengurangan pegawai ini dalam
istilah kepegawaian biasa disebut “rasionalisasi”.
b. Kebijakan
kepegawaian didasarkan pada anggaran biaya (buget oriented) ; berarti penentuan
penambahan atau pengurangan pegawai didasarkan pada anggaran biaya yang
tersedia. Bila naggaran tersedia, maka boleh mengadakan penambahan pegawai.
Tapi, bila anggaran tidak tersedia/menurun, maka tidak diperbolehkan menambah
pegawai, bahakan bila perlu mengurangi pegawai.
3. Pengadaan
Personil
Pegawai
adalah orang yang mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan atau disingkat
“orang yang bekerja”. Jika bentuknya dibalik (dijadikan bentuk pasif), makaa
menjadi orang yang dipekerjakan. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1974
Pokok-Pokok Kepegawaian, bab I pasa I disumuskan pengertian tentang pegawai :
yang dimaksud dengan Pegawai (Negri) adalah “mereka yang memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan (negri) atau
diserahi tugas (negara) lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan
dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan
lembaga/instansi tempat kerjanya, pegawai bisa dibedakan dalam dua macam, yaitu
:
a. Pegawai
Negri : pegawai yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah
b. Pegawai
Swasta : pegawai yang bekerja pada lembaga-lembaga swasta
Pada
pokoknya pengadaan pegawai negri sipil diselenggarakan melalui langkah-langkah
atau prosedur sebagai berikut :
a. Pengumuman
b. Pendaftaran
c. Seleksi
atau Penyaringan
4. Pemanfaatan
Dan Pembinaan
Pemanfaatan
personil merupakan upaya perlibatan secara aktif para personil dalam kegiatan
penyelenggaraan kerja untuk mencapai tujuan lembaga.
Pembinaan personil adalah kegiatan yang diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas-tugas lembaga/pemerintah dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Pembinaan personil adalah kegiatan yang diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas-tugas lembaga/pemerintah dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Upaya
yang dilakukan dalam pendayagunaan personil adalah:
Pengadaan Pegawai Negri Sipil
Pegawai
adalah orang yang mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan atau disingkat
“orang yang bekerja”. Jika bentuknya dibalik (dijadikan bentuk pasif), makaa
menjadi orang yang dipekerjakan. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1974
Pokok-Pokok Kepegawaian, bab I pasa I disumuskan pengertian tentang pegawai :
yang dimaksud dengan Pegawai (Negri) adalah “mereka yang memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan (negri) atau
diserahi tugas (negara) lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan
perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Kewajiban
dan Hak Pegawai Negri Sipil
Dalam
UU No. 8 tahun 1974 disebutkankewajiban PNS sebagai berikut :
a. Setiap
PNS wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pncasila, UUD 45 dan Pemerintah
b. Setiap
PNS wajib mentaati segala perundang-undangan yang berlaku
c. Setiap
PNS wajib melaksanakan segala tugas kedinasan
d. Setiap
PNS wajib menyimpan rahasia jabatan
e. Setiap
PNS bekerja secara jujur, tertib, cermat dan bersemangat
Adapun
hak-hak PNS ialah :
a. Setiap
PNS berhak memperoleh gaji yang layak
b. Setiap
PNS dan keluarganya yang sakit berhak akan perawatan kesehatan
c. Setiap
PNS berhak atas cuti
d. Setiap
PNS berhak mendapatkan tunjangan
e. Setiap
keluarga PNS berhak mendapatkan uang duka bila meninggal
f. Setiap
PNS berhak atas pensiun sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pemindahan
Pegawai Negri Sipil
a. Mutasi
; pemindahan seorang PNS dari suatu jabatan ke jabatan lain yang sama
tingkatnya. Pemindahan ini disebut juga “tour of duty”.
b. Demosi
; penurunan pangkat setingkat lebig rendah dari pangkat sebelumnya. Demosi
diberikan antara 6 bulan s/d 1 tahun, setelah itu PNS bersangkutan kembali pada
jabatannya semula.
Peningkatan
Kesejahteraan Pegawai
a. Kesejahteraan Rohani
1)
Kebutuhan akan rasa aman dan tenteram
2)
Kebutuhan akan rasa kasih sayang
3)
Kebutuhan akan rasa harga diri, dihargai
dan dihormati
4)
Kebutuhan akan mengaktualisasi diri dan
berprestasi
b. Kesejahteraan Materi
1)
Peningkatan penghasilan PNS
2)
Tabungan dan Asuransi PNS (Taspen)
3)
Koperasi Pegawai Negri
4)
Asuransi Kesehatan Pegawai Negri
5. Pemberhentian
Pemberhentian Pegawai Negri Sipil
Pemberhentian Pegawai Negri Sipil
Pada garis besarnya
sebab-sbebab pemberhentian PNS itu dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu
:
a. Permohonan
pegawai sendiri
b. Pemberhentian
oleh Dinas/Pemerintah : dikarenakan PNS tersebut tidak cakap jasmani/rohani,
penciutan organisasi, peremajaan atau melakukan kriminal.
c. Pemberhentian
karena sebab lain : meninggal dunia, PNS tersebut hilang, cuti di luar
tanggungan Negara, telah mencapai batas usia pensiun.
Pensiun
Diantara sebab-sebab pensiun adalah :
Diantara sebab-sebab pensiun adalah :
a. Telah
mencapai batas usia pension
b. Meninggal
dunia karena dalam menjalankan tugas
c. Kuzuran
jasmani/rokhani
d. Macam-macam
pensiun :
1)
Pensiun Pegawai Negri ; diberikan dengan
ketentuan pension
2)
Pensiun janda/duda ; diberikan kepada
suami/istri dari PNS yang meninggal
3)
Pensiun Anak ; diberikan kepada anak dari
seorang PNS yang meninggal
4)
Pensiun Orang Tua ; diberikan bila tidak
ada ahli waris dari PNS yang meninggal selain orang tuanya.
6. Peranan
Guru dalam Administrasi Personalia
· Menyediakan
dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan
· Memberikan
informasi tentang keadaan personil sekolah
· Mengkoordinasikan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
kepada semua personel sekolah.
kepada semua personel sekolah.
· Mempertanggungjawabkan
tugas dan kegiatan yang dilakukan
· Membantu
mencapai suatu tujuan, atau proses penyelenggaraan kerja untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
· Mengatur
dan mengurus penggunaan tenaga-tenaga kerja yang di perlukan dalam usaha
kerjasama
· Mengadakan
penilaian terhadap hasil yang telah dicapai
3 komentar:
izin copas mba
iyya silahkan
nice info banget kak
Lahan Industri
Posting Komentar