Model2 pembelajaran dalam ips
1. Model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning.
Model pembelajaran yang satu ini adalah contoh model yang tepat digunakan dalam
kegiatan pembelajaran IPS. Hal tersebut arena model pembelajaran ini berbasis
kerjasama, di mana masih-masing peserta didik akan dimasukkan ke dalam sebuah
kelompok tertentu yang telah dibuat oleh tenaga pendidiknya. Model pembelajaran
yang semacam ini memiliki tujuan utama yakni terciptanya integrasi sosial di
antara para peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya juga
antara peserta didik dengan tenaga pendidiknya. Selain itu, banyak strategi
pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran ini semisal strategi
pembelajaran diskusi, strategi observasi atau studi kasus hingga strategi
pembelajaran berbasis problem solving atau pemecahan masalah.
2. Sapriya
(Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: “portofolio merupakan karya
terpilih kelas/siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat
kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah
kemasyarakatan”. Makna pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran
Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan kepada peserta didik dan membelajarkan
mereka
3. Pembelajaran
model pencapaian konsep adalah suatu strategi mengajar bersifat induktif
didefinisikan untuk membantu siswa dari semua usia dalam memperkuat pemahaman
mereka terhadap konsep yang dipelajari dari melatih menguji hipotesis.
4. Nilai
Pendekatan “Value clarification technique” pada dasarnya bersifat
induktif, berangkat dari pengalaman-pengalaman kelompok menuju ide-ide yang
umum tentang pengetahuan dan kesadaran diri. Proses yang dilaksanakan dalam
aktivitas kelompok, siswa mengkontraskan dan membandingkan dengan pandangan dan
pengalaman siswa yang lainnya.
5. Bermain Peran
(Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang
diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan
antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan
peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi,
kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian.
Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan
antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara
bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan,
sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
6. Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan temauntuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi pelajaran dalam suatu tema/topic pembahasan.
D. PRINSIP EVALUASI PENGAJRAN IPS
a. Komprehensif atau
Keseluruhan
Prinsip komprehensip yang harus dipenuhi pada evaluasi hasil PBM
IPS yaitu bahwa evaluasi ini harus meliputi keseluruhan aspek pribadi
anak-didik yang meliputi pengetahuan atau penguasaan materi, kecakapannya,
keterampilannya, kesadarannya, dan sikap mentalnya.
b. Kesinambungan atau
kontinuitas
Prinsip kesinambungan yang harus dipenuhi dalam melakukan
evaluasi hasil PBM IPS yaitu bahwa evaluasi ini harus dilakukan secara
berkesinambungan, karena proses
pendidikan itu juga berlangsung secara berkesinambungan.
c. Obyektivitas
Pelaksanaan evaluasi hasil PBM IPS harus didasarkan atas prisip
obyektivitas, artinya mengevaluasi apa adanya. Kecenderungan subyektivitas guru
IPS terhadap siswa yang dievaluasi harus disingkirkan sama sekali. Faktor emosi
terhadap siswa yang dievaluasi harus ditiadakan.
d. Komperatif
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi program
supervisi pendidikan harus dilaksa¬nakan secara bekerjasama dengan semua orang
yang terlibat dalam aktivitas supervisi pendidikan. Sebagai contoh dalam
mengevaluasi keberhasilan guru dalam mengajar, harus bekerjasama antara
pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan bahkan, dengan pihak murid.
Dengan melibatkan semua pihak dalam evaluasi program supervisi pendidikan ini
diharapkan kita dapat mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi.
e. Berdasarkan
kriteria yang valid
Selain perlu adanya data dan fakta, juga perIu adanya
kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus
konsisten dengan tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria ini digunakan agar
memiliki standar yang jelas apabila menilai suatu aktivitas supervisi
pendi¬dikan. Kekonsistenan kriteria evaluasi dengan tujuan berarti kriteria
yang dibuat¬ harus mempertimbangkan hakekat substansi supervisi pendidikan.
Kriteria dalam evaluasi program supervisi pendidikan ada dua, yaitu pertama,
kriteria objetive yang berkenaan dengan patokan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan inilah yang dijadikan kriteria keberhasilan pelaksanaan program
supervisi pendidikan. Kedua, kriteria metodis yang berkaitan dengan patokan
teknik penganalisaan hasil evaluasi: misalnya dengan menggunakan prosentase,
interval, kuantitatif, atau perhitungan matematis lainnya.
f. Fungsional
Hasil evaluasi program supervisi pendidikan tidak hanya
dimaksudkan untuk membuat laporan kepada atasan yang kemudian di “peties” kan.
Hasil evaluasi program supervisi pendidikan berarti fungsional apabila dapat
digunakan untuk memperbaiki situasi yang ada pada saat itu. Dengan demikian
evaluasi program supervisi pendidikan benar-benar memiliki nilai guna baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan langsungnya adalah dapatnya
¬hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan apa yang dievaluasi, sedangkan
kegunaan tidak langsungnya adalah hasil evaluasi itu dimanfaatkan untuk
penelitian atau keperluan lainnya.
g. Diagnostik
Evaluasi program supervisi pendidikan hendaknya mampu
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan apa yang
dievaluasi sehingga dapat memperbaikinya. Oleh sebab itu setiap hasil evaluasi
program supervisi pendidikan harus didokumentasikan. Bahan-bahan dokumentasi
hasil evaluasi inilah yang dapat dijadikan dasar penemuan kelemahan-kelemahan
atau kekurangan-kekurangan yang kemudian harus diusahakan jalan pemecahannya.
evaluasi pengajran IPS berfungsi sebagai:
1. Untuk
mengungkapkan penguasaan siswa terhadap materi yang telah diperolehnya pada PBM
IPS, termasuk kemampuan dan ketidakmampuan serta kekuatan dan kelemahannya
dalam menguasai materi IPS yang bersangkutan.
2. Untuk menemukan
kelemahan-kelemahan materi, metode, media pengajaran, dan tujuan yang telah
dilaksanakan. Selanjutnya, data ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki
dan menyempurnakan tugas berikutnya.
3. Untuk mengungkap
terpenuhi tidaknya tugas guru dalam PBM IPS yang telah dilakukan. Jika terdapat
kelemahan-kelemahan atau ada tugas yang tidak terpenuhi, maka pada tugas PBM
berikutnya harus diperbaiki dan disempurnakan.
4. Untuk
mengungkapkan tingkat perkembangan siswa secara individual, yang selanjutnya
digunakan untuk membimbing pertumbuhan potensinya lebih lanjut.
KEDUDUKAN EVALUAS
Peng. Evaluasi, pengukuran/penulaian, tes
Peng. Evaluasi Bagi Tayler (1949), Cronbach (1963), Tayler dan Mugure (1966),
Scriven (1967) dan Stake (1967) evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan
nilai suatu program. Menurut Stake, evaluasi adalah pengkajian terhadap nilai
setiap program pengajaran, pengkajian tersebut sangat tergantung dari nilai
langsung tes yang obyektif dan atas pertimbangan yang subjektif.
Menurut Bloom dan kawan-kawan dalam buku yang terkenal yaitu
handbook onformative and summative evaluation of student learning yang khusus
membicarakan evaluasi hasil belajar. Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti
yang cukup untuk dijadikan dasar dalam menetapkan ada atau tidak
perubahan-perubahan dan tingkat perubahan yang terjadi pada diri anak didik.
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan
pengumpulan data mengenai belajar yang dilakukan secara sistematis dan menurut
prosedur tertentu untuk dapat memberikan arti mengenai berbagai aspek belajar
yaitu aspek perolehan dalam belajar.
Istilah Pengukuran
Menurut Popham (1975) dalam buku educationa / evaluation hal. 9
dari buku itu dia menulis “Pengukuran dalam Pendidikan hanyalah sekedar
penentuan derajat yang dipunyai oleh seseorang mengenai suatu ciri tertentu”.
Pengukuran ialah penentuan kedudukan, evaluasi adalah penentuan nilai menurut
Popham terdapat perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran.
Walaupun tidak selalu perlu tapi kegiatan evaluasi melengkapi
kegiatan pengukuran, artinya jika seseorang guru baru melakukan pemberian angka
kepada siswa maka guru tersebut baru melakukan kegiatan pengukuran dan belum
kegiatan evaluasi. Jika guru tersebut kemudian memberikan arti lebih lanjut
terhadap angka yang diberikan dalam arti harga dari angka tersebut barulah guru
tersebut melakukan pekerjaan evaluasi secara lengkap.
Istilah Tes
Ada istilah dilahirkan oleh pendekatan pengukuran dalam studi
evaluasi pengukuran lebih tua usianya dari evaluasi. Ia ada sewaktu dunia
pendidikan mendapat pengaruh yang kuat dari psikologi terutama dari aliran
psikomotorik. Psikologi ini adalah penjelasan dari pengaruh positivisme dalam
ilmu sosial. Aliran positivisme dalam ilmu sosial dipelopori oleh Comte bapak
sosioloi, tes yang digunakan sebetulnya adalah alat untuk menjaring data yang
diinginkan.
Menurut Mehrons dan Lehman (1978) dalam buku berjudul
“Measurment and Evaluation in Education and Psychology”, tes adalah menyatakan
pemberian suatu daftar pertanyaan yang standar untuk dijawab. Evaluasi
merupakan lingkaran yang paling besar menaungi lingkaran pengukuran dan tes.
Pengukuran adalah lingkaran ke dua yang menaungi tes yang merupakan lingkaran
terdalam.
EVALUASI FORMATIF DAN SUMATIF
1.
Evaluasi Formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
2.
Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan progrm pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan. Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh program pengajaran dalam jangka waktu tertentu.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan progrm pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan. Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh program pengajaran dalam jangka waktu tertentu.
A. Teknik Tes
Ada dua macam teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan maupun jawabannya. Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.
Ada dua macam teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan maupun jawabannya. Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.
Evaluasi dengan
menggunakan teknik tes bertujuan untuk mengetahui:
a. Tingkat kemampuan awal siswa
b. Hasil belajar siswa
c. Perkembangan prestasi siswa
d. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
a. Tingkat kemampuan awal siswa
b. Hasil belajar siswa
c. Perkembangan prestasi siswa
d. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
Tes lisan dilakukan melalui
pertanyaan lisan untuk mengetahui daya serap siswa. Tujuan tes lisan ini
terutama untuk menilai:
a. Kemampuan memecahkan masalah
b. Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat
c. Kemampuan menggunakan bahasa lisan
d. Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang dikemukakan.
a. Kemampuan memecahkan masalah
b. Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat
c. Kemampuan menggunakan bahasa lisan
d. Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang dikemukakan.
Tes tertulis dapat
berbentuk uraian (essay) atau soal bentuk obyektif (objective
tes). Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.
Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan
alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
Cara-cara penyusunan tes
esai yang dimaksud:
a.
Guru hendaknya
memfokuskan pertanyaan esai pada materi pembelajaran yang tidak dapat diungkap
dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif
b.
Guru kendaknya
memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap perilaku spesifik yang
diperoleh dari pengalaman hasil belajar.
c.
Item-item pertanyaan tes
esai sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan sehingga siswa dapat
menjawabnya dengan tidak ragu-ragu
d.
Sertakan petunjuk waktu
pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan
kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide sesuai dengan waktu yang
disediakan.
e.
Ketika mengontruksi
sejumlah pertanyaan essai, para guru hendaknya menghindari penggunaan
pertanyaan pilihan. Misalnya pilih empat soal dari lima pertanyaan yang
tersedia.
Menurut Sukardi (2008)
kelebihan dan kelemahan tes esai, kelebihannya yaitu:
a.
Mengukur proses mental
siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat
b.
Mengukur kemampuan siswa
dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
c.
Mendorong siswa untuk
mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif.
d.
Mendorong siswa untuk
berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka
sendiri.
e.
Mengetahui seberapa jauh
siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan
yang diajarkan di dalam kelas
Kelemahan:
a.
Dalam memeriksa jawaban
pertanyaan tes esai, ada kecenderungan pengaruh subjektif yang selalu muncul
dalam pribadi seorang guru.
b.
Pertanyaan esai yang
disusun oleh seorang guru atau evaluator cenderung kurang bisa mencakup seluruh
materi yang telah diberikan
c.
Bentuk pertanyaan yang
memiliki arti ganda, sering membuat kesulitan pada siswa sehingga memunculkan
unsur-unsur menerka dan menjawab dengan ragu-ragu.
Tes objektif banyak
digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh
luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban
yang diberikan.
1. Bentuk soal
benar-salah
Bentuk soal benar salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah.
Bentuk soal benar salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah.
Kelebihan betul salah
yaitu;
- Item tes betul salah memiliki
karakteristik yang menguntungkan, yaitu mudah dan cepat dalam menilai
- Untuk item betul salah yang
dikonstruksi secara cermat, membawa implikasi kepada peserta didik, yaitu
waktu mengerjakan soal lebih cepat diselesaikan
- Seperti bentuk tes objektif
lainnya, item tes benar salah hasil akhir penilaian dapat objektif
Kelemahan betul salah;
- Mengonstruksi item tes betul
salah pada umumnya diperlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan
dengan pembuatan tes essai
- Penggunaan pertanyaan
alternatif lebih memungkinkan peserta didik mengira-ngira jawaban.
2. Bentuk soal pilihan
ganda atau pilihan jamak (multiple choice)
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.
Kelebihan bentuk soal
pilihan ganda yaitu;
- Tes pilihan ganda memiliki
karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa
- Item tes pilihan ganda yang
dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan
pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.
- Item tes pilihan ganda adalah
tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak
dievaluasi.
Kelemahan bentuk soal
pilihan ganda yaitu;
- Mengonstruksi item tes betul
salah pada umumnya diperlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan
dengan pembuatan tes essai
- Penggunaan pertanyaan
alternative lebih memungkinkan peserta didik mengira-ngira jawaban.
3. Bentuk soal
menjodohkan (matching)
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya.
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya.
Kelebihan bentuk soal
menjodohkan
- Penilaiannya dapat dilakukan
dengan cepat dan objektif.
- Tepat digunakan untuk mengukur
kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.
- Dapat mengukur ruang lingkup
pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas.
Kelemahan bentuk soal
menjodohkan
- Hanya dapat mengukur hal-hal
yang didasarkan atas fakta dan hafalan
- Sukar untuk menentukan materi
atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan
4. Bentuk soal jawaban
singkat (isian)
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol.
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol.
Kelebihan bentuk soal
jawaban singkat;
- Menyusun soalnya relatif mudah
- Kecil kemungkinan siswa member
jawaban dengan cara menebak
- Menuntut siswa untuk dapat
menjawab dengan singkat dan tepat
- Hasil penilaiannya cukup
objektif
Kelemahan bentuk soal
jawaban singkat;
- Kurang dapat mengukur aspek
pengetahuan yang lebih tinggi.
- Memerlukan waktu yang agak lama
untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian
- Menyulitkan pemeriksaan apabila
jawaban siswa membingungkan pemeriksa.
B. Teknik Non Tes
Teknik tes bukanlah satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik lainnya yang dapat digunakan, yaitu teknik non tes. Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan dilakukan melalui:
Teknik tes bukanlah satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik lainnya yang dapat digunakan, yaitu teknik non tes. Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan dilakukan melalui:
1. Pengamatan atau
observasi
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Alat yang digunakan berupa lembar observasi yang disusun dalam bentuk check list atau skala penilaian.
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Alat yang digunakan berupa lembar observasi yang disusun dalam bentuk check list atau skala penilaian.
2. Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilasanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara yang mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilasanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara yang mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.
3. Angket
Angket adalah wawancara yang dilakukan secara tertulis. Angket dapat digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar. Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula diberikan kepada orang tua mereka.
Angket adalah wawancara yang dilakukan secara tertulis. Angket dapat digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar. Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula diberikan kepada orang tua mereka.
4. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Langkah- langkah dalam Evaluasi Pendidikan
1. Menyusun rencana evaluasi
Penyusunan rencana evaluasi
pada umumnya mencakup kegiatan ;
a. Merumuskan tujuan dari kegiatan evaluasi itu
sendiri.
b. Menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi.
c. Memilih dan menentukan teknik yang akan
digunakan dalam kegiatan evaluasi.
d. Menyusun dan menentukan alat-alat pengukur
yang akan dipergunakan dalam kegiatan evaluasi.
e. Menentukan tolok uur, norma atau kreteria yang
akan dipergunakan dalam rangka memberikan interpretasi terhadap data hasil
evaluasi.
f. Menetapkan frekuensi dari kegiatan evaluasi
itu sendiri, yaitu : kapan dan seberapa kalikah evaluasi itu akan dilakukan.
2. Menghimpun Data
Menghimpun data dalam
rangka evaluasi di lapangan pendidikan, pada umumnya dilaksanakan dengan cara
pengukuran, walaupun tidak semua kegiatan evaluasi pendidikan harus didahului
dengan tindakan pengukuran.
3. Verifikasi Data
Melakukan verifikasi
data artinya memeriksa dan menyaring data yang telah berhasil dihimpun dalam
kegiatan evaluasi, untuk dapat dipastikan apakah data yang telah berhasil
dihimpun itu cukup dapat dipercaya sebagai dasar atau landasan dalam rangka
pengambil kesimpulan.
4. Analisis Data
Menganalisa data yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi mengandung arti melakukan pengolahan,
pemeriksaan, perincian, pemisahan, pengelompokan dan sebagainya, sehingga data
tersebut menjadi bermakna atau dapat memberikan informasi yang berharga.
5. Interpretasi Data
Pemberian interpretasi
atau penafsiran terhadap data yang telah dilakukan penganalisaan itu merupakan
statement (pernyataan) tentang hasil penganalisaan data. Disini evaluator
mengemukakan apa makna yang terkandung dalam kumpulan data yang telah diperoleh
dalam kegiatan evaluasi.
6. Penggunaan Hasil Evaluasi
Dengan melandaskan
diri pada kesimpulan yang telah diperoleh dalam kegiatan evaluasi, evaluator
lebih lanjut melakukan pengambilan keputusan atau merumuskan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dipandang perlu untuk dilaksanakan.