Kamis, 25 Juni 2015

Tentang Nyontek

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabrokaatuh
Selamat Puasa teman-teman ^_^

Rabu, 03 Juni 2015

kerangka cuyyy


USULAN PENELITIAN


PENINGKATAN    HASIL    BELAJAR    BAHASA   INDONESIA   MELALUI PENERAPAN  PEMBELAJARAN   KOOPERATIF   TIPE  PRACTICE– REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS V SDN 31 PASEMPE KECAMATAN     PALAKKA     KABUPATEN     BONE




RISKA MAULIDIAH
1247242023
22D




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015

KERANGKA PROPOSAL PTK

JUDUL
PENINGKATAN    HASIL    BELAJAR    BAHASA   INDONESIA   MELALUI PENERAPAN  PEMBELAJARAN   KOOPERATIF   TIPE  PRACTICE– REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS V SDN 31 PASEMPE KECAMATAN     PALAKKA     KABUPATEN     BONE


ptk

USULAN PENELITIAN

PENINGKATAN    HASIL    BELAJAR    BAHASA   INDONESIA   MELALUI PENERAPAN  PEMBELAJARAN   KOOPERATIF   TIPE  PRACTICE– REHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS V SDN 31 PASEMPE KECAMATAN     PALAKKA     KABUPATEN     BONE



RISKA MAULIDIAH
1247242023
22.D



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2015

Minggu, 31 Mei 2015

tambahan2

Struktur adalah suatu tatanan yang membentuk suatu kelompok dalam masyarakat. Struktur memiliki 3 ciri yakni dapat berubah dan berkembang, ada di dalam masyarakat, dan berhubungan erat dengan masyarakat.

Sistem adalah kesatuan komponen yang terarah untuk mencapai tujuan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus.

ANALISIS BUTIR SOAL

A.      Pengertian Analisi Butir Soal

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Analisis butir soal yang dalam bahasa inggris disebut item analiysis dilakukan terhadap empirik. Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila suatu tes telah dilaksanakan dan hasil jawaban terhadap butir-butir soal telah kita peroleh. Analisis butir soal adalah suatu kegiatan analisis untuk menentukan tingkat kebaikan butir-butir soal yang terdapat dalam suatu tes sehingga informasi yang dihasilkan dapat kita pergunakan untuk memperbaiki butir soal dan tes tersebut.

Minggu, 05 April 2015

ips


Model2 pembelajaran dalam ips

1. Model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning. Model pembelajaran yang satu ini adalah contoh model yang tepat digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPS. Hal tersebut arena model pembelajaran ini berbasis kerjasama, di mana masih-masing peserta didik akan dimasukkan ke dalam sebuah kelompok tertentu yang telah dibuat oleh tenaga pendidiknya. Model pembelajaran yang semacam ini memiliki tujuan utama yakni terciptanya integrasi sosial di antara para peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya juga antara peserta didik dengan tenaga pendidiknya. Selain itu, banyak strategi pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran ini semisal strategi pembelajaran diskusi, strategi observasi atau studi kasus hingga strategi pembelajaran berbasis problem solving atau pemecahan masalah.
2.         Sapriya (Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: “portofolio merupakan karya terpilih kelas/siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan”. Makna pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan kepada peserta didik dan membelajarkan mereka
3.         Pembelajaran model pencapaian konsep adalah suatu strategi mengajar bersifat induktif didefinisikan untuk membantu siswa dari semua usia dalam memperkuat pemahaman mereka terhadap konsep yang dipelajari dari melatih menguji hipotesis.
4.         Nilai
Pendekatan “Value clarification technique” pada dasarnya bersifat induktif, berangkat dari pengalaman-pengalaman kelompok menuju ide-ide yang umum tentang pengetahuan dan kesadaran diri. Proses yang dilaksanakan dalam aktivitas kelompok, siswa mengkontraskan dan membandingkan dengan pandangan dan pengalaman siswa yang lainnya.
5.         Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
6.         Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan temauntuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi pelajaran dalam suatu tema/topic pembahasan.


D.    PRINSIP EVALUASI PENGAJRAN IPS
a.       Komprehensif atau Keseluruhan
Prinsip komprehensip yang harus dipenuhi pada evaluasi hasil PBM IPS yaitu bahwa evaluasi ini harus meliputi keseluruhan aspek pribadi anak-didik yang meliputi pengetahuan atau penguasaan materi, kecakapannya, keterampilannya, kesadarannya, dan sikap mentalnya.
b.      Kesinambungan atau kontinuitas
Prinsip kesinambungan yang harus dipenuhi dalam melakukan evaluasi hasil PBM IPS yaitu bahwa evaluasi ini harus dilakukan secara berkesinambungan, karena  proses pendidikan itu juga berlangsung secara berkesinambungan.
c.       Obyektivitas
Pelaksanaan evaluasi hasil PBM IPS harus didasarkan atas prisip obyektivitas, artinya mengevaluasi apa adanya. Kecenderungan subyektivitas guru IPS terhadap siswa yang dievaluasi harus disingkirkan sama sekali. Faktor emosi terhadap siswa yang dievaluasi harus ditiadakan.
d.      Komperatif
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi program supervisi pendidikan harus dilaksa¬nakan secara bekerjasama dengan semua orang yang terlibat dalam aktivitas supervisi pendidikan. Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru dalam mengajar, harus bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan bahkan, dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak dalam evaluasi program supervisi pendidikan ini diharapkan kita dapat mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi.
e.       Berdasarkan kriteria yang valid
Selain perlu adanya data dan fakta, juga perIu adanya kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria ini digunakan agar memiliki standar yang jelas apabila menilai suatu aktivitas supervisi pendi¬dikan. Kekonsistenan kriteria evaluasi dengan tujuan berarti kriteria yang dibuat¬ harus mempertimbangkan hakekat substansi supervisi pendidikan. Kriteria dalam evaluasi program supervisi pendidikan ada dua, yaitu pertama, kriteria objetive yang berkenaan dengan patokan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan inilah yang dijadikan kriteria keberhasilan pelaksanaan program supervisi pendidikan. Kedua, kriteria metodis yang berkaitan dengan patokan teknik penganalisaan hasil evaluasi: misalnya dengan menggunakan prosentase, interval, kuantitatif, atau perhitungan matematis lainnya.
f.       Fungsional
Hasil evaluasi program supervisi pendidikan tidak hanya dimaksudkan untuk membuat laporan kepada atasan yang kemudian di “peties” kan. Hasil evaluasi program supervisi pendidikan berarti fungsional apabila dapat digunakan untuk memperbaiki situasi yang ada pada saat itu. Dengan demikian evaluasi program supervisi pendidikan benar-benar memiliki nilai guna baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan langsungnya adalah dapatnya ¬hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan apa yang dievaluasi, sedangkan kegunaan tidak langsungnya adalah hasil evaluasi itu dimanfaatkan untuk penelitian atau keperluan lainnya.
g.      Diagnostik
Evaluasi program supervisi pendidikan hendaknya mampu mengidentifikasi kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan apa yang dievaluasi sehingga dapat memperbaikinya. Oleh sebab itu setiap hasil evaluasi program supervisi pendidikan harus didokumentasikan. Bahan-bahan dokumentasi hasil evaluasi inilah yang dapat dijadikan dasar penemuan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang kemudian harus diusahakan jalan pemecahannya.

evaluasi pengajran IPS berfungsi sebagai:
1.      Untuk mengungkapkan penguasaan siswa terhadap materi yang telah diperolehnya pada PBM IPS, termasuk kemampuan dan ketidakmampuan serta kekuatan dan kelemahannya dalam menguasai materi IPS yang bersangkutan.
2.      Untuk menemukan kelemahan-kelemahan materi, metode, media pengajaran, dan tujuan yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, data ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki dan menyempurnakan tugas berikutnya.
3.      Untuk mengungkap terpenuhi tidaknya tugas guru dalam PBM IPS yang telah dilakukan. Jika terdapat kelemahan-kelemahan atau ada tugas yang tidak terpenuhi, maka pada tugas PBM berikutnya harus diperbaiki dan disempurnakan.
4.      Untuk mengungkapkan tingkat perkembangan siswa secara individual, yang selanjutnya digunakan untuk membimbing pertumbuhan potensinya lebih lanjut.

KEDUDUKAN EVALUAS
Peng. Evaluasi, pengukuran/penulaian, tes
Peng. Evaluasi Bagi Tayler (1949), Cronbach (1963), Tayler dan Mugure (1966), Scriven (1967) dan Stake (1967) evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan nilai suatu program. Menurut Stake, evaluasi adalah pengkajian terhadap nilai setiap program pengajaran, pengkajian tersebut sangat tergantung dari nilai langsung tes yang obyektif dan atas pertimbangan yang subjektif.
Menurut Bloom dan kawan-kawan dalam buku yang terkenal yaitu handbook onformative and summative evaluation of student learning yang khusus membicarakan evaluasi hasil belajar. Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk dijadikan dasar dalam menetapkan ada atau tidak perubahan-perubahan dan tingkat perubahan yang terjadi pada diri anak didik. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data mengenai belajar yang dilakukan secara sistematis dan menurut prosedur tertentu untuk dapat memberikan arti mengenai berbagai aspek belajar yaitu aspek perolehan dalam belajar.
Istilah Pengukuran
Menurut Popham (1975) dalam buku educationa / evaluation hal. 9 dari buku itu dia menulis “Pengukuran dalam Pendidikan hanyalah sekedar penentuan derajat yang dipunyai oleh seseorang mengenai suatu ciri tertentu”. Pengukuran ialah penentuan kedudukan, evaluasi adalah penentuan nilai menurut Popham terdapat perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran.
Walaupun tidak selalu perlu tapi kegiatan evaluasi melengkapi kegiatan pengukuran, artinya jika seseorang guru baru melakukan pemberian angka kepada siswa maka guru tersebut baru melakukan kegiatan pengukuran dan belum kegiatan evaluasi. Jika guru tersebut kemudian memberikan arti lebih lanjut terhadap angka yang diberikan dalam arti harga dari angka tersebut barulah guru tersebut melakukan pekerjaan evaluasi secara lengkap.
  Istilah Tes
Ada istilah dilahirkan oleh pendekatan pengukuran dalam studi evaluasi pengukuran lebih tua usianya dari evaluasi. Ia ada sewaktu dunia pendidikan mendapat pengaruh yang kuat dari psikologi terutama dari aliran psikomotorik. Psikologi ini adalah penjelasan dari pengaruh positivisme dalam ilmu sosial. Aliran positivisme dalam ilmu sosial dipelopori oleh Comte bapak sosioloi, tes yang digunakan sebetulnya adalah alat untuk menjaring data yang diinginkan.
Menurut Mehrons dan Lehman (1978) dalam buku berjudul “Measurment and Evaluation in Education and Psychology”, tes adalah menyatakan pemberian suatu daftar pertanyaan yang standar untuk dijawab. Evaluasi merupakan lingkaran yang paling besar menaungi lingkaran pengukuran dan tes. Pengukuran adalah lingkaran ke dua yang menaungi tes yang merupakan lingkaran terdalam.
EVALUASI FORMATIF DAN SUMATIF
1.                   Evaluasi Formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan. 
2.                   Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan progrm pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan. Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh program pengajaran dalam jangka waktu tertentu. 

A. Teknik Tes
Ada dua macam teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan maupun jawabannya. Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.
Evaluasi dengan menggunakan teknik tes bertujuan untuk mengetahui:
a.  Tingkat kemampuan awal siswa
b.  Hasil belajar siswa
c.  Perkembangan prestasi siswa
d.  Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
Tes lisan dilakukan melalui pertanyaan lisan untuk mengetahui daya serap siswa. Tujuan tes lisan ini terutama untuk menilai:
a.  Kemampuan memecahkan masalah
b.  Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat
c.  Kemampuan menggunakan bahasa lisan
d.  Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang dikemukakan.
Tes tertulis dapat berbentuk uraian (essay) atau soal bentuk obyektif (objective tes). Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
Cara-cara penyusunan tes esai yang dimaksud: 
a.     Guru hendaknya memfokuskan pertanyaan esai pada materi pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif
b.    Guru kendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar.
c.     Item-item pertanyaan tes esai sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan sehingga siswa dapat menjawabnya dengan tidak ragu-ragu
d.    Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide sesuai dengan waktu yang disediakan.
e.     Ketika mengontruksi sejumlah pertanyaan essai, para guru hendaknya menghindari penggunaan pertanyaan pilihan. Misalnya pilih empat soal dari lima pertanyaan yang tersedia.
Menurut Sukardi (2008) kelebihan dan kelemahan tes esai, kelebihannya yaitu:
a.     Mengukur proses mental siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat
b.    Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
c.     Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif.
d.    Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri.
e.     Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas
Kelemahan:
a.     Dalam memeriksa jawaban pertanyaan tes esai, ada kecenderungan pengaruh subjektif yang selalu muncul dalam pribadi seorang guru.
b.    Pertanyaan esai yang disusun oleh seorang guru atau evaluator cenderung kurang bisa mencakup seluruh materi yang telah diberikan
c.     Bentuk pertanyaan yang memiliki arti ganda, sering membuat kesulitan pada siswa sehingga memunculkan unsur-unsur menerka dan menjawab dengan ragu-ragu.
Tes objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.
1. Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah.
Kelebihan betul salah yaitu;

  1. Item tes betul salah memiliki karakteristik yang menguntungkan, yaitu mudah dan cepat dalam menilai
  2. Untuk item betul salah yang dikonstruksi secara cermat, membawa implikasi kepada peserta didik, yaitu waktu mengerjakan soal lebih cepat diselesaikan
  3. Seperti bentuk tes objektif lainnya, item tes benar salah hasil akhir penilaian dapat objektif
Kelemahan betul salah;
  1. Mengonstruksi item tes betul salah pada umumnya diperlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan pembuatan tes essai
  2. Penggunaan pertanyaan alternatif lebih memungkinkan peserta didik mengira-ngira jawaban.
2. Bentuk soal pilihan ganda atau pilihan jamak (multiple choice)
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.
Kelebihan bentuk soal pilihan ganda yaitu;
  1. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa
  2. Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.
  3. Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi.
Kelemahan bentuk soal pilihan ganda yaitu;
  1. Mengonstruksi item tes betul salah pada umumnya diperlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan pembuatan tes essai
  2. Penggunaan pertanyaan alternative lebih memungkinkan peserta didik mengira-ngira jawaban.
3. Bentuk soal menjodohkan (matching)
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya.
Kelebihan bentuk soal menjodohkan
  1. Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
  2. Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.
  3. Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas.
Kelemahan bentuk soal menjodohkan
  1. Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan
  2. Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan
4. Bentuk soal jawaban singkat (isian)
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol.
Kelebihan bentuk soal jawaban singkat;
  1. Menyusun soalnya relatif mudah
  2. Kecil kemungkinan siswa member jawaban dengan cara menebak
  3. Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat
  4. Hasil penilaiannya cukup objektif
Kelemahan bentuk soal jawaban singkat;
  1. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.
  2. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian
  3. Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa.
B. Teknik Non Tes
Teknik tes bukanlah satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik lainnya yang dapat digunakan, yaitu teknik non tes. Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan dilakukan melalui:
1. Pengamatan atau observasi
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Alat yang digunakan berupa lembar observasi yang disusun dalam bentuk check list atau skala penilaian.
2. Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilasanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara yang mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.
3. Angket
Angket adalah wawancara yang dilakukan secara tertulis. Angket dapat digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar. Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula diberikan kepada orang tua mereka.
4. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Langkah- langkah dalam Evaluasi Pendidikan


1.   Menyusun rencana evaluasi
Penyusunan rencana evaluasi pada umumnya mencakup kegiatan ;
a.   Merumuskan tujuan dari kegiatan evaluasi itu sendiri.
b.   Menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi.
c.   Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan evaluasi.
d.   Menyusun dan menentukan alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam kegiatan evaluasi.
e.   Menentukan tolok uur, norma atau kreteria yang akan dipergunakan dalam rangka memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
f.    Menetapkan frekuensi dari kegiatan evaluasi itu sendiri, yaitu : kapan dan seberapa kalikah evaluasi itu akan dilakukan.
2.   Menghimpun Data
Menghimpun data dalam rangka evaluasi di lapangan pendidikan, pada umumnya dilaksanakan dengan cara pengukuran, walaupun tidak semua kegiatan evaluasi pendidikan harus didahului dengan tindakan pengukuran.
3.   Verifikasi Data
Melakukan verifikasi data artinya memeriksa dan menyaring data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi, untuk dapat dipastikan apakah data yang telah berhasil dihimpun itu cukup dapat dipercaya sebagai dasar atau landasan dalam rangka pengambil kesimpulan.
4.   Analisis Data
Menganalisa data yang diperoleh dari kegiatan evaluasi mengandung arti melakukan pengolahan, pemeriksaan, perincian, pemisahan, pengelompokan dan sebagainya, sehingga data tersebut menjadi bermakna atau dapat memberikan informasi yang berharga.
5.   Interpretasi Data
Pemberian interpretasi atau penafsiran terhadap data yang telah dilakukan penganalisaan itu merupakan statement (pernyataan) tentang hasil penganalisaan data. Disini evaluator mengemukakan apa makna yang terkandung dalam kumpulan data yang telah diperoleh dalam kegiatan evaluasi.
 6.   Penggunaan Hasil Evaluasi
Dengan melandaskan diri pada kesimpulan yang telah diperoleh dalam kegiatan evaluasi, evaluator lebih lanjut melakukan pengambilan keputusan atau merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dipandang perlu untuk dilaksanakan.



Senin, 22 Desember 2014

PENILAIAN BERBASIS KELAS DAN PENETAPAN KKM



A.      Penilaian Berbasis Kelas
1.      Pengetian Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses pembelajaran. PBK merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru  untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan ( standar komptensi, komptensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar). Penilaian Berbasis Kelas merupakan prinsip, sasaran yang akurat dan konsisten tentang kompetensi atau hasil belajar siswa serta pernyataan yang jelas mengenai perkembangan dan kemajuan siswa. maksudnya adalah hasil Penilaian Berbasis Kelas dapat menggambarkan kompetensi, keterampilan dan kemajuan siswa selama di kelas.
Depdiknas (2002), menjelaskan bahwa Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi. PBK itu sendiri pada dasarnya merupakan kegiatan penilaian yang dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pen). Fokus penilaian diarahkan pada penguasaan kompetensi dan hasil belajar siswa sesuai dengan level pencapaian prestasi siswa.
Penilaian Berbasis Kelas mencakup kegiatan pengumpulan informasi tentang rencapaian hasil belajar siswa dan pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan informasi tersebut. Pengumpulan informasi dalam Penilaian Berbasis Kelas dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan aktualitas khusus atau tidak, misalnya untuk penilaian aspek sikap/ nilai dengan tes atau non tes atau terintegrasi dalam seluruh kegiatan pembelajaran (di awal, tengah, dan akhir). Di sekolah sering digunakan istilah tes untuk kegiatan Penilaian Berbasis Kelas dengan alasan kepraktisan, karena tes sebagai alat ukur sangat praktis digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditentukan, terutama aspek kognitif.
 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog. Copyrights 2011.